Monday, January 18, 2016

Ini Alasan Warga Rusun Marunda Pilih Naik Bus "Feeder"

Sebagian besar penghuni rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Marunda, Jakarta Utara, menyambut baik adanya bus pengumpan atau feeder transjakarta.

Bus dengan rute Marunda-Tanjung Priok itu mulai dinaiki oleh warga yang berangkat kerja maupun yang sekadar ingin mencoba berkeliling saja. 

Seorang warga rusun, Bekti (38), baru mencoba bus tersebut, siang tadi. Biasanya, Bekti berangkat kerja dari rusun miliknya di Blok B dengan sepeda motor atau naik angkutan umum yang dikelola oleh Koperasi Wahana Kalpika (KWK) nomor 23 dan 05.

Jika Bekti menggunakan angkutan umum, dia harus mengeluarkan uang minimal Rp 8.000 untuk dua kali naik angkutan umum hingga sampai ke Terminal Tanjung Priok. 

Setelah itu, dia masih perlu membayar Rp 3.500 lagi untuk naik bus transjakarta ke tempat kerjanya di kawasan Matraman, Jakarta Timur.

"Keluar duit Rp 11.500, kalau naik ini (bus pengumpan), bisa hemat Rp 8.000. Enggak capek lagi. Memang kalau naik motor sih lebih cepat, tapi kalau ada bus kayak gini, bagus juga," kata Bekti kepada Kompas.com, Senin (18/1/2016). 

Penghuni rusun lain, Ayu (29), sengaja mengajak anaknya yang baru pulang sekolah untuk menjajal bus pengumpan. 

Ketika baru masuk ke dalam bus, Ayu dengan ibu-ibu di sana banyak berkomentar terkait kondisi di sana dan pesan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang dia dengar saat peresmian bus pengumpan, kemarin. 

"Ini mah kayaknya bukan bus baru, ya. Ini kayak udah dipakai di mana gitu, terus dipakai lagi di sini," tutur Ayu.

"Enak juga naik ini, enggak usah naik angkot lagi. Naik ini aja, ada AC-nya hehehe," ujar Ayu lagi. 

Pantauan Kompas.com, sejak siang hingga sore ini, cukup banyak warga rusun Marunda yang menunggu untuk mencoba bus pengumpan di halte yang terletak persis di depan masjid. 

Mulai dari pelajar hingga orang dewasa, tampak antusias mengetahui rasanya naik bus berwarna biru dan putih tersebut. 

Sebelum ada bus pengumpan, pilihan layanan transportasi di rusun Marunda hanya mengandalkan tukang ojek dan angkot KWK. 

Ada kesepakatan tertentu antara sopir angkot dengan tukang ojek sehingga warga terkadang tidak bisa memilih keduanya dalam waktu bersamaan. 

Tukang ojek di rusun Marunda memasang tarif cukup mahal. Dari kawasan rusun menuju jalan besar depan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) yang jaraknya sekitar satu kilometer, dipatok tarif Rp 10.000. Tarif tersebut dinilai mahal oleh penghuni rusun.

No comments:

Post a Comment