Langit Purwakarta siang ini diselimuti oleh awan hitam. Angin kencang dan rintik hujan pun seakan menambah kesedihan rakyat atas meninggalnya ulama terkenal di Purwakarta, KH Aceng Husein Nurseha (56).
Kyai Aceng begitu masyarakat akrab menyapa adalah pengasuh pondok pesantren Assalaf Ciganea. Kyai Aceng juga dikenal sebagai kyai tradisional generasi kedua setelah Ama Ciganea.
"Kita turut berduka atas wafatnya Kyai Aceng. Kalau mau jujur, keberadaan Kyai Aceng ini dan pesantrennya sangat kontekstual dengan budaya sunda," kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat melayat ke rumah duka di Kampung Ciganea Bawah, Mekargalih, Purwakarta, Sabtu (19/12/2015).
"Almarhum mengajarkan kelembutan dan mengandalkan kekuatan hati. Saya amanat untuk tidak diganggu tradisionalnya untuk tidak menggunakan pengeras suara," lanjutnya.
Dedi juga bercerita kalau Kyai Aceng membuat masjid tanpa ada menara atau pengeras suara. Hal itu dilakukan agar masyarakat sekitar ketika mengingat Allah SWT dengan menggunakan hati masing-masing.
"Cara Kyai Aceng memanggil kita untuk sembahyang atau mengingat Allah SWT tidak melalui pengeras suara itu unik. Akan tetapi dengan hati. Hati masing-masing individu. Jadi masjidnya ini gak punya pengeras suara sama sekali dan gak ada menara juga," ucap Dedi.
Dedi pun berencana untuk melakukan renovasi pada masjid peninggalan Kyai Aceng. Ia akan melestarikan bangunan aslinya namun diberi sentuhan budaya sunda yang begitu kental.
"Kita akan sumbang Rp 1 miliar untuk renovasi masjid. Insya Allah awal tahun jalan. Bangunan aslinya tetap. Pertahankan ketradisionalannya tetap. Namun kita akan tambahkan unsur-unsur budaya sundanya saja," tuturnya.
Rencananya almarhum Kyai Aceng akan dikebumikan pada sore hari ini tak jauh dari lingkungan rumahnya. Kyai Aceng yang sempat dirawat di Rumah Sakit Bayu Asih dan Rumah Sakit Hasan Sadikin meninggal karena mengalami serangan jantung.
No comments:
Post a Comment