Tuesday, August 26, 2014

Kepsek Terbaik Se-Indonesia Ini Sempat Tidur di Sekolah

TRIBUN JATENG/GALIH PRIATMOJOMulyati, Kepala Sekolah SMPN 11 Solo berhasil menjadi Kepala Sekolah terbaik nasional.

SOLO, KOMPAS.com — Terletak di ujung Jalan Sungai Kapuas, Pasar Kliwon, lokasi SMPN 11 Solo boleh dibilang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota. Namun, siapa sangka nama SMPN 11 mendadak ramai dibicarakan.

Sekolah yang mendapat predikat sekolah "plus" lantaran hampir 80 persen siswanya berasal dari keluarga tidak mampu itu kini menjadi buah bibir warga berkat prestasi Mulyati (43), sang kepala sekolah.

Mulyati meraih predikat sebagai Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Nasional 2014 setelah menyisihkan puluhan perwakilan kepala sekolah dari seluruh Indonesia, beberapa hari lalu di Jakarta.

Perempuan yang memulai karier sebagai guru di SMPN 7 Wonogiri ini mengaku tak menyangka bisa memenangkan penghargaan bergengsi. "Ini tentu luar biasa bagi kami yang berasal dari sekolah biasa. Kami bisa bersaing dengan sekolah-sekolah bekas rintisan RSBI atau sekolah berlabel internasional," ujar dia saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (25/8/2014).

Mulyati menceritakan, awal perjalanan kariernya dimulai sebagai guru biasa. Setelah sempat mengajar di Wonogiri, ibu dari Aulia Fitriana dan M Lukman Medinova ini kemudian pindah ke Solo. Di Kota Bengawan ini, Mulyati mengajar di SMPN 25.

Selama di SMPN 25, Mulyati mulai aktif dalam berbagai lomba mata pelajaran dan kreativitas. Berkat keuletannya, ia berhasil menyabet penghargaan guru terpuji se-Jateng pada 2011 lalu.

"Sejumlah prestasi yang saya dapat itu kemudian diapresiasi oleh Dinas Dikpora Solo untuk mengikuti seleksi kepala sekolah melalui diklat calon kepala sekolah. Sebetulnya, saya sempat enggan ikut. Namun, lantaran sudah ditunjuk, ya sudah, dijalani," ujar dia.

Setelah menjalani diklat selama tiga bulan, Mulyati pada 2012 ditugaskan sebagai kepala sekolah di SMPN 11 Solo. Sejak itulah, Mulyati mulai melakukan sejumlah terobosan. Sekolah yang sebelumnya identik dengan sekolah anak miskin dan nakal itu mulai berbenah.

Mulyati pun meraih prestasi membanggakan sebagai juara kedua Kepala Sekolah Berprestasi Kota Solo sebanyak dua kali berturut-turut pada 2012 dan 2013. "Pada 2014, saya dapat juara satu Kepala Sekolah Berprestasi. Dari situ kemudian, saya diikutsertakan ke tingkat provinsi. Dari 30 perwakilan, saya lolos ke tingkat nasional," kata dia.

Mulyati menyiapkan banyak hal sebelum berangkat ke Jakarta, bahkan pernah sampai tidur di kantor. Ia menyiapkan setidaknya 99 dokumen, dan harus dibawa menggunakan tiga troli saat di Jakarta. "Untuk persiapan itu saya sampai dua hari tidur di kantor, tidak pulang. Saya masih ingat hari itu saat pemilu dan saat puasa. Saya bener-bener ngga pulang, mempersiapkan semua berkas, bahkan sahur saja cuma minum air mineral," ungkap dia.

Ada sejumlah tes yang harus dijalani dalam kompetisi kepala sekolah berprestasi, di antaranya tes portofolio, tes tertulis, psikotes, wawancara, dan pantauan terakhir. Adapun indikator penilaian adalah kinerja si kepala sekolah sebagai pribadi serta perkembangan sekolah yang dipimpinnya dalam lima lima tahun terakhir.

Istri Rakhman Budyono tersebut mengatakan, kunci kemenangannya ada pada cara mengemas sekolah menjadi lebih baik. Cara ini terinspirasi dari pakar pemasaran Hermawan Kertajaya. Menurut dia, untuk menarik konsumen, salah satu langkah yang diperlukan adalah memoles produk kita dengan cara yang menarik.

"Ini yang saya praktikkan. Agar SMPN 11 punya image baik, saya ikutkan berbagai lomba apa pun yang digelar di Kota Solo. Para siswa saya ajak untuk berkontribusi dalam kegiatan sosial, di CFD (car free day), dan di panti asuhan," ungkap Mulyati.

Perempuan yang aktif di media sosial dan gemar menulis di blog tersebut berharap, prestasi yang diraihnya menjadikan ia lebih bermanfaat bagi orang banyak. "Saya harap prestasi ini bisa jadi inspirasi bagi semua guru dan kepala sekolah di Indonesia," tandas dia.

No comments:

Post a Comment