Tuesday, August 26, 2014

Ahok Akui 6 Ruas Tol Hanya Tambah Sedikit Rasio Jalan, tetapi Kurangi Macet

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui, pembangunan enam ruas tol dalam kota tidak menambah rasio jalan secara signifikan. Hanya, pembangunan enam ruas tol dalam kota itu dapat meminimalkan kemacetan di jalan-jalan utama.

"Iya (penambahan rasio jalan) memang kecil, tetapi minimal kita bisa memaksa mobil-mobil di jalan bawah bisa pindah ke atas (tol layang). Kalau tol layang tidak macet, pengendara mobil di jalan utama pasti pindah ke atas semua," kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Selasa (26/8/2014). 

Rasio jalan Jakarta baru mencapai enam persen. Padahal, idealnya, rasio jalan di kota besar mencapai 12 persen dari luas daerahnya. Kebijakan Basuki ini berkaca pada kebijakan antisipasi kemacetan di Bangkok, Thailand. 

Selain membangun light train, pemerintah Bangkok juga membangun banyak jalan layang. Di sisi lain, pembangunan enam ruas tol dalam kota ini bukan semata untuk memenuhi kebutuhan rasio jalan di Ibu Kota, melainkan juga menambah ruas koridor transjakarta layang baru sebanyak enam buah. Dengan demikian, DKI nantinya memiliki sembilan koridor layang untuk transjakarta. 

Meski pembangunan infrastruktur transjakarta berbentuk layang, Basuki menjamin keselamatan para penumpang. 

"Kamu lihat nggak, ada bus yang melintas di jalur layang Tomang? Nggak bahaya tuh. Jadi, satu jalur di enam ruas tol itu didedikasikan untuk bus dan transjakarta. Nanti masyarakatnya bisa naik lift atau eskalator, masa mereka terjun payung," kata Basuki. 

Pria yang akrab disapa Ahok itu mengaku rutin mendapat laporan perkembangan pembangunan enam ruas tol dari pihak investor, PT Jakarta Tollroad Development (PT JTD). Basuki selalu mengingatkan investor untuk dapat menyelesaikan pembangunan enam ruas tol dalam kota sebelum pelaksanaan Asian Games 2018. 

Apabila investor tidak menyanggupi syarat Basuki, DKI bakal mengambil alih dan enam ruas itu akan dipasangi sistem berbayar (ERP). 

"Mereka (investor) sih menyatakan sanggup (mengerjakan enam ruas tol). Mereka harus bangun enam (ruas tol) karena dua ruas (Sunter-Semanan dan Sunter-Pulogebang) itu yang paling menguntungkan. Kalau empat ruas tol lainnya tidak dikerjakan bagaimana? Sama kayak lima jari ini, kalau yang berfungsi hanya dua jari, repot dong," kata Basuki beranalogi.

Megaproyek senilai Rp 42 triliun yang digagas sejak era Gubernur Sutiyoso ini dibagi dalam empat tahap. Tahap pertama, ruas Semanan-Sunter sepanjang 20,23 kilometer dengan nilai investasi Rp 9,76 triliun dan koridor Sunter-Pulogebang sepanjang 9,44 kilometer senilai Rp 7,37 triliun. 

Tahap kedua, koridor Duri Pulo-Kampung Melayu sepanjang 12,65 kilometer dengan nilai investasi Rp 5,96 triliun dan koridor Kemayoran-Kampung Melayu sepanjang 9,60 kilometer dengan nilai investasi Rp 6,95 triliun. 

Tahap ketiga, koridor Ulujami-Tanah Abang dengan panjang 8,70 kilometer dan nilai investasi Rp 4,25 triliun. Terakhir, koridor Pasar Minggu-Casablanca sepanjang 9,15 kilometer dengan nilai investasi Rp 5,71 triliun. Total panjang ruas enam tol dalam kota ini adalah 69,77 kilometer. 

No comments:

Post a Comment