Wednesday, September 3, 2014

Ditanya Soal Layanan Kereta RI Bisa Seperti di Jepang, Ini Jawaban Bos KAI

http://images.detik.com/content/2014/09/03/4/160128_jonan.jpg
Jakarta -PT Kereta Api Indonesia (KAI) terus mengupayakan peningkatan pelayanan kepada para penumpang. Namun, peningkatan pelayanan tersebut harus diimbangi dengan pendapatan PT KAI yang disumbang dari harga tiket.

Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan mengatakan jika harga tiket kereta masih jauh di bawah rata-rata, maka fasilitas atau pelayanan pun akan sebanding.

"Ada pertanyaan, kereta api kita bisa kayak Jepang nggak? Jawabannya nggak untuk sekarang karena bayar karcisnya nggak seperti di Jepang," katanya saat Acara Refleksi MP3EI di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (3/9/2014).

Menurut Jonan, untuk bisa mendapatkan fasilitas atau layanan memadai perlu sejalan dengan besaran biaya yang dikeluarkan penumpang. Sebagai contoh, kereta api di Kuala Namu, Medan, Sumatera Utara menerapkan harga tiket sebesar Rp 60.000 untuk sekali jalan. Besaran harga tiket ini sesuai dengan fasilitas yang didapat penumpang.

"Di Sumut, Kuala Namu, itu fasilitas sama dengan Jepang dan Kuala Lumpur, tapi harganya Rp 60.000, kalau KRL Jabodetabek mau kayak gitu nggak bisa karena bayar cuma Rp 5.000. Naik pakai AC, naik masih hidup, turun selamat, itu saja sudah beres. Kalau mau mewah nggak bisa," ucap Jonan.

Bagi Jonan, yang paling penting adalah pembangunan kereta api duoble track atau jalur ganda untuk bisa meningkatkan kapasitas angkut penumpang agar lebih efisien.

"Yang lebih penting Silognas (sistem logistik nasional). Jadi pemanfaatan lintas selatan kalau bisa jadi 2016, manfaat lintas selatan makin besar, kami membantu Kemenhub agar kereta api makin efisien dan juga angkutan makin besar," tandasnya.

Bos KAI Pilih Dibangun Double Track di Luar Jawa daripada Kereta Cepat


http://images.detik.com/content/2014/09/03/4/151830_kereta.jpg
Jakarta -Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Ignasius Jonan mengusulkan lebih baik pemerintah membangun double track (rel ganda KA) di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Rel ganda KA lebih baik daripada membangun kereta cepat di Pulau Jawa (Jakarta-Surabaya atau Jakarta-Bandung).

Ia mengatakan, pembangunan kereta double track ini lebih dibutuhkan masyarakat dibandingkan pembangunan High Speed Train atau Kereta Super Cepat atau yang dikenal dengan 'Shinkansen'. Dibutuhkan setidaknya 25.000 KM untuk pembangunan double track di 4 pulau tersebut.

"Kondisi perkeretaapian kita cenderung dibutuhkan di 4 pulau seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua. 25.000 Km double track di 4 pulau lebih dibutuhkan daripada high track Jakarta-Bandung," ujar Jonan saat Acara Refleksi MP3EI di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (3/9/2014).

Menurut Jonan, pembiayaan yang ada untuk sektor transportasi sudah sepatutnya digunakan untuk kebutuhan yang lebih prioritas.

"Double track di 4 pulau lebih dibutuhkan daripada high track Jakarta-Bandung. Kalau ada uangnya nggak apa-apa, tapi kalau nggak ada supaya masyarakat di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Papua kalau mau naik kereta nggak perlu ke Jawa dulu," katanya.

Jonan menyebutkan, dengan adanya double track bisa meningkatkan kapasitas angkut. Hingga saat ini, kapasitas angkut di Pulau Jawa mencapai 7.000-8.000 TEUs per minggu, jauh lebih tinggi dari 5 tahun lalu saat belum ada double track yang hanya mencapai 1.000-1.500 TEUs per minggu.

"Kita berusaha semaksimal mungkin, pemanfaatan double track sudah 99,9%. Kapasitas angkut meningkat. Sekarang itu di Pulau Jawa KAI mengangkut 7.000-8.000 TEUs seminggu. 5 tahun lalu baru 1.000-1.500 TEUs per minggu," katanya.

Untuk itu, Jonan berharap pembangunan double track terus dikembangkan bukan hanya di Pulau Jawa.

"Terima kasih sekali kepada Kemenhub bahwa KA dijadikan sebagai icon. Menurut kami sebagai operator, pembangunan infrastruktur di Indonesia luas sekali, kesempatan masih banyak, double track perlu terus dikembangkan," pungkasnya.

No comments:

Post a Comment