Tuesday, September 30, 2014

Gantung Bra di Pagar, Belasan Ibu Tuntut Kejagung Tangkap Jokowi

Kompas.com/Laila RahmawatiPolisi meneriaki para ibu untuk mengambil sejumlah bra yang tergantung di pagar seusai berunjuk rasa di kantor Kejaksaan Agung, Kebayoran Baru, Selasa (30/9/2014).

JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi meneriaki para ibu untuk mengambil sejumlah bra yang tergantung di pagar seusai berunjuk rasa di kantor Kejaksaan Agung, Kebayoran Baru, Selasa (30/9/2014).

Belasan ibu yang tergabung dalam komunitas Progress 1998 tersebut berdemo menuntut Kejagung untuk menangkap Gubernur DKI Joko Widodo terkait kasus bus transjakarta berkarat. 

Dalam aksi yang digelar selama kurang lebih satu jam dan berakhir pada pukul 12.00 WIB itu, mereka menggantungkan berbagai model dan warna bra di pagar Kejagung dan di payung hitam yang mereka gunakan. [Baca: Gantung Bra di Pagar, Belasan Ibu Tuntut Kejagung Tangkap Jokowi]

"Setiap ibu menyumbangkan satu sampai dua BH," kata juru bicara aksi Ahmad Hasni. Seusai demo, sejumlah ibu enggan memunguti kembali bra-bra tersebut. Mereka berniat memberikan pakaian dalam itu kepada para jaksa dan polisi yang bertugas. 

"Ambil saja, Pak. Ambil," kata beberapa ibu sambil beranjak dari depan pagar Kejagung. Beberapa pendemo pria yang juga anggota Progress 1998 turut mengambil bra dan memasukkannya dalam tas. 

Sebanyak delapan bra yang letaknya jauh dari jangkauan tangan, di pucuk pagar, tak disentuh sama sekali. Ketika kerumunan massa menjauh, delapan bra itu masih tergantung di pucuk pagar. Polisi pun meneriaki dan membujuk mereka untuk mengambil kembali bra-bra tersebut. 

"Bu..Bu..ayo ini diambil lagi BH-nya. Buat demo lagi ya besok. Sayang kalau beli lagi, harganya satu Rp 85.000," teriak seorang petugas ke arah kerumunan ibu yang mulai menjauh dari area kantor Kejagung. 

Entah terbujuk rayuan polisi atau inisiatif sendiri, seorang ibu kembali lagi ke depan pagar Kejagung. Dengan sebatang bilah bambu, polisi membantu mengambilkan sejumlah bra itu untuk sang ibu. 

"Tuh buktinya masih ada juga yang mau. Sayang ya Bu daripada beli lagi," kata petugas yang membantu ibu tersebut mengambil bra. Beberapa petugas yang menyaksikan hal tersebut pun mengingatkannya untuk tidak turut mengambil bra.

JAKARTA, KOMPAS.com - Belasan perempuan paruh baya yang tergabung dalam komunitas Progress 1998 beraksi di depan gedung Kejaksaan Agung RI, Jalan Sultan Hasanuddin No 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (30/9/2014). 

Mereka menuntut Kejagung untuk menangkap Gubernur DKI Joko Widodo terkait kasus korupsi pengadaan bus transjakarta berkarat. Dengan berpakaian serba hitam dan berpayung hitam, di bawah terik matahari, para ibu menggantungkan bra di pagar kantor Kejagung. 

Mereka juga menggantungkan pakaian dalam di payung masing-masing. Beraneka macam warna, model, dan ukuran tergantung di pagar Kejagung yang menghadap ke arah terminal Blok M.[Baca: Jokowi: Disuruh Beli Sabun Wangi, Malah Beli Sabun Colek...]

"Seragam yang mereka (jaksa) pakai itu uang rakyat, tetapi mereka malah melindungi Jokowi dan kasusnya hanya sampai ke kepala dinas. Kalau kayak gitu, mending pakai BH saja," kata juru bicara aksi Ahmad Hasni di tengah-tengah aksi. [Baca: Kejagung Takkan Panggil Jokowi]

Hasni menuturkan bahwa pakaian dalam tersebut sama dengan jumlah ibu yang mengikuti aksi ini. Selain belasan ibu, ada beberapa pria, anggota Progress 1998, juga yang ikut dalam demo ini. [Baca: Kejagung Tak Temukan Bukti Keterlibatan Jokowi pada Kasus Transjakarta]

"Kejagung melindungi Jokowi. Bapak biarkan Jokowi dan antek-anteknya makan uang. Kami menghendaki Jokowi masuk penjara. Tidak ada tebang pilih," kata seorang ibu dalam orasinya.

No comments:

Post a Comment