Dukungan terhadap kemerdekaan Palestina terus digelorakan oleh persatuan negara Islam, termasuk Indonesia. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia menegaskan perlu aksi nyata dari semua pihak dalam pembebasan Palestina.
"Jadi dukungan Palestina tidak hanya bentuk komitmen perjanjian semata atau jangan retorika saja, tapi perlu dalam bentuk aksi nyata," ucap Direktur Diplomasi Publik Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik Kemenlu RI Al Busyra Basnur di sela-sela talkshow 'Bandung Spirit for Palestine' di Museum Konferensi Asia Afrika, Gedung Merdeka, Kota Bandung, Selasa (19/4/2016).
Pada Maret 2016, menurut Busyra, Indonesia sudah membuktikan komitmen mendukung Palestina melalui bidang politik dan diplomasi yaitu hadirnya Konsul Kehormatan (Konhor) RI di Ramallah. Keberadaan Konhor RI ini diharapkan dapat menjadi pijakan Indonesia di Palestina.
"Konhur Kehormatan itu penting tidak hanya dari sisi politik saja, tetapi juga dari segi ekonomi. Adanya Konhur tersebut, diharapkan potensi ekonomi kedua negara dapat senantiasa dikembangkan," katanya.
Selain itu, sambung Busyra, Indonesia berkomitmen menggulirkan terus peningkatan kapasitas bagi Palestina di berbagai bidang, baik itu melalui mekanisme kerjasama Selatan-Selatan maupun bilateral. Sejauh ini, dia menjelaskan, tercatat 135 program capacity building hasil prakarsa Indonesia yang diikuti 1.364 warga Palestina pada periode 2008-2015 dalam kerangka bilateral, New Asian-African Strategic Partnership for Palestinian Capacity Building Program (NAASP) dan Conference on Cooperation Among East Asian Countries for Palestinian Development (CEAPAD).
"Kami terus memberikan pelatihan terhadap pemuda Palestina. Jadi pemuda Palestina itu kami undang ke Indonesia untuk mengikuti program capacity building," ujar Busyra.
Contah nyata lainnya, dia menuturkan program bantuan rakyat Indonesia terhadap Palestina juga dilakukan melalui pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, pada 2016. Ribuan relawan dan puluhan ribu donatur telah banyak terlibat pembangunan RS Indonesia yang kini sudah beroperasi dan melayani ribuan pasien di wilayah tersebut.
"Pembangunan rumah sakit itu bukan oleh pemerintah Indonesia, tapi oleh kalangan masyarakat Indonesia di bawah koordinasi Medical Rescue Emergency-Committe (MER-C)," ucap Busyra.
No comments:
Post a Comment