Meski sudah Pro kontra reklamasi teluk Jakarta semakin memanas dan terus bahan pembicaraan masyarakat. Komunitas Nelayan Tradisional ngotot agar proses pengerukan laut dihentikan. Alasannya, mata pencaharian nelayan di kawasan utara Jakarta terancam karena keberadaan pulau buatan.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok tak ingin disalahkan dengan adanya reklamasi teluk Jakarta. Sebab pembahasan dan perencanaan 17 pulau buatan sudah ada sebelum dia menjabat sebagai orang nomor satu di Jakarta.
"Reklamasi bukan saya yang mulai kok. Saya dateng sudah ada. Izin sudah ada. Saya cabut juga susah. Tapi saya bukan penentang reklamasi lho. Reklamasi itu sudah keniscayaan," katanya di RPTRA Rawa Buaya, Jakarta Barat, Selasa (19/4).
Ahok menegaskan, reklamasi tak dapat dihindari. Kencangnya laju pertumbuhan penduduk membuat lahan untuk hidup semakin sempit. Salah satu solusinya dengan mengeruk laut untuk dijadikan daratan.
"Dunia kalau tidak ada reklamasi jutaan orang bisa kelaparan karena tidak cukup lagi pakai tanam. Itu yang dilakukan Korea Selatan di Semangkung. Korea Selatan kenapa pengen reklamasi? Karena dia pengen menambah untuk pertanian," jelasnya.
Ahok mengatakan, letak geografis Indonesia cukup menguntungkan karena berada di lempeng benua. Sehingga laut tidak terlalu dalam. Berbeda dengan Korea Selatan dengan kondisi laut lebih dalam.
"Di Korea Selatan lebih susah. Karena dia menghadapi laut yang pasang surut bisa beda lima meter. Kita kan masih landai. AirAsia jatuh kan cetek karena kita lempeng benua," tutupnya.
No comments:
Post a Comment