Pantauan detikcom, Kamis (19/6/2014) foto tersebut diunggah Wimar pada 15 Juni 2014 pukul 17.00 WIB. Dalam foto tersebut Prabowo dan Hatta Rajasa berada di bagian tengah.
Wimar menyertakan judul 'Gallery of Rogues.. Kebangkitan Bad Guys' untuk foto yang dipostingnya.
Sementara itu di sebelah kiri Prabowo berbaris eks Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Menkominfo Tifatul Sembiring, Abubakar Baasyir, dan Habib Rizieq.
Berada di sebelah kanan Hatta Rajasa berurutan adalah ketum PPP Suryadharma Ali, Ketum Golkar Aburizal Bakrie, Presiden PKS Anis Matta, dan AA Gym.
Di bawah foto para tokoh tersebut dipasang parpol koalisi pengusung Prabowo-Hatta. Juga sejumlah ormas yang sebenarnya tidak ikut terlibat dukungan ke Prabowo-Hatta.
Lambang ormas yang dimunculkan antara lain Muhammadiyah, MUI, FPI, Hizbut Tahrir Indonesia, dan lainnya.
Jakarta - Yang mengejutkan sejumlah foto teroris berada di balik pendukung Prabowo-Hatta dan ormas-ormas itu. Antara lain Ali Imron, Imam Samodra, Amrozi, Osama Bin Laden. Selain itu juga ada foto Presiden RI kedua Soeharto.
Alhasil foto yang diposting Wimar pun ramai di media sosial. Sejumlah kalangan langsung mengomentari foto tersebut. Banyak yang memprotes lantaran ada partai dan ormas dikaitkan dengan teroris dan diberi gelar 'Gallery of Rogues.. Kebangkitan Bad Guys' .
"Selamat malam. Maaf pak, sekedar loper curhat teman yang keberatan anda menyertakan logo Muhammadiyah dalam foto barisan Prabowo yang belakangnya ada gambar teroris," kata salah seorang komentator di foto tersebut, Muzdalifah Laily.
Lalu seperti apa kelanjutan polemik ini?
Jakarta - Wimar mengunggah foto barisan pendukung Prabowo-Hatta dengan latar belakang teroris dan Presiden Soeharto. Dalam gambar itu juga terdapat logo beberapa ormas Islam, salah satunya Muhammadiyah. Wimar dituntut minta maaf.
"Tindakan Wimar Witoelar selaku publik figur kiranya sangat disayangkan sekali. Tindakan Wimar, selain jelas menyakiti hati warga persyarikatan, juga akan dapat menjadikan bumerang bagi capres yang didukung Wimar," kata Wakil Sekretaris Majelis Pustaka Informasi PP Muhammadiyah Iwan Setiawan di laman muhammadiyah.co.id, Kamis (19/6/2014).
Iwan menuntut Wimar minta maaf kepada Muhammadiyah. "Secara pribadi saya berhadap Wimar secara gentle dan kesatria berkenan untuk menghapus banner dimaksud, dan secara pribadi mau menyatakan permintaan maaf kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah," ujarnya.
Iwan menegaskan, secara organisasi, Muhammadiyah netral di Pilpres 2014. Muhammadiyah meminta tak dikait-kaitkan dengan dukungan kepada capres tertentu.
Dia mengatakan saat ini muncul desakan agar Muhammadiyah menyeret Wimar ke ranah hukum. Iwan menyerahkan keputusan itu ke PP Muhammadiyah.
"Hal itu diserahkan sepenuhnya kepada kebijakan PP Muhammadiyah, sebagai institusi tertinggi persyarikatan," ujarnya.
"Warga Muhammadiyah diharapkan tetap berpikir cerdas dan tidak mudah untuk terprovokasi terhadap kasus ini, dengan senantiasa mengedepankan semangat sillaturahmi dan tabayyun, agar kita dijauhkan dari dusta dan fitnah. Terlebih situasi saat ini sangat sensitif terhadap segala hal," imbuh Iwan.
"Tindakan Wimar Witoelar selaku publik figur kiranya sangat disayangkan sekali. Tindakan Wimar, selain jelas menyakiti hati warga persyarikatan, juga akan dapat menjadikan bumerang bagi capres yang didukung Wimar," kata Wakil Sekretaris Majelis Pustaka Informasi PP Muhammadiyah Iwan Setiawan di laman muhammadiyah.co.id, Kamis (19/6/2014).
Iwan menuntut Wimar minta maaf kepada Muhammadiyah. "Secara pribadi saya berhadap Wimar secara gentle dan kesatria berkenan untuk menghapus banner dimaksud, dan secara pribadi mau menyatakan permintaan maaf kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah," ujarnya.
Iwan menegaskan, secara organisasi, Muhammadiyah netral di Pilpres 2014. Muhammadiyah meminta tak dikait-kaitkan dengan dukungan kepada capres tertentu.
Dia mengatakan saat ini muncul desakan agar Muhammadiyah menyeret Wimar ke ranah hukum. Iwan menyerahkan keputusan itu ke PP Muhammadiyah.
"Hal itu diserahkan sepenuhnya kepada kebijakan PP Muhammadiyah, sebagai institusi tertinggi persyarikatan," ujarnya.
"Warga Muhammadiyah diharapkan tetap berpikir cerdas dan tidak mudah untuk terprovokasi terhadap kasus ini, dengan senantiasa mengedepankan semangat sillaturahmi dan tabayyun, agar kita dijauhkan dari dusta dan fitnah. Terlebih situasi saat ini sangat sensitif terhadap segala hal," imbuh Iwan.
No comments:
Post a Comment