JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi sepakat dengan pernyataan calon presiden Joko Widodo tentang keikutsertaan sebagai anggota Badan Perdagangan Dunia (WTO), memberikan keuntungan bagi Indonesia. Menurut Bayu, WTO adalah sebuah meja perundingan, di mana yang paling penting dilakukan Indonesia adalah apa yang mau dibawa ke meja perundingan tersebut.
"Tapi kalau kita keluar dari WTO memang kita rugi, karena kita tidak bisa ada di meja perundingan itu," katanya ditemui dalam seminar Bank Dunia, di Jakarta, Senin (23/6/2014).
Bayu menjelaskan, apa yang dilakukan Indonesia sejauh ini bukan masalah lebih kuat atau lebih lemah dari negara lain. "Masalahnya kan bagian dari diplomasi, yang penting tujuan yang ingin kita capai? bisa kita capai," ujar Bayu.
Oleh karena itu, lanjutnya, WTO sebagai media perundingan, menyediakan fasilitas bagi Indonesia untuk berunding dengan negara lain yang berbeda pendapat dengan Indonesia.
"Dan saya kira perbedaan pendapat dengan negara lain wajar-wajar saja. Kita berteman juga bisa berbeda. Jadi kalau dengan mereka, WTO lah tempatnya," katanya.
Dalam debat Capres-Cawapres 2014, yang digelar KPU, Minggu (22/6/2014), Jokowi menjawab pertanyaan Prabowo Subianto, mengatakan, ada plus minus keikutsertaan Indonesia dalam WTO.
"Perdagangan barang ada hambatan tarif dan non-tarif. Oleh sebab itu, kalau kita tidak ikut WTO, barang kita sulit masuk ke sebuah negara," katanya.
Oleh sebab itu, dia menekankan pentingnya produk yang berdaya saing dan kompetitif yang bisa masuk dan diterima oleh semua negara. "Agar barang yang berorientasi ekspor bisa masuk ke semua pasar. Karena ada hambatan nontarif, seperti eco labeling, karantina," katanya.
Sebaliknya, barang-barang yang masuk ke Indonesia pun diakui Jokowi sangat mengganggu. "Tapi sekali lagi kalau harga kita kompetitif kita bisa diterima di mana saja. Makanya daya saing ini yang jadi PR kita," ujarnya.
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Franky Sibarani menyatakan apresiasinya atas jawaban Capres Jokowi terkait WTO yang menekankan kepada peningkatan daya saing produk Indonesia sehingga kompetitif dengan produk negara lainnya.
Hal tersebut dikatakan Franky di Jakarta, Senin (23/6/2014) menanggapi debat capres tentang politik internasional dan ketahanan nasional, yang digelar di Jakarta Minggu malam (22/6/2014).
Menurut Franky, hanya dengan cara itulah, Indonesia dapat bersaing dengan negara lain dalam perdagangan global. “Indonesia tidak mungkin lagi mundur dari WTO, sehingga tepat sekali Pak Jokowi mengatakan kita akan mendapat manfaat dari WTO asal daya saing produk Indonesia cukup tinggi. WTO memungkinkan produk Indonesia ke pasar global,” kata Franky.
Dalam debat, Jokowi mendapat pertanyaan dari Prabowo tentang nilai positif dan negatif Indonesia masuk dalam organisasi perdagangan dunia WTO. Jokowi menjawab permasalahan utama terkait keikutsertaan Indonesia dalam WTO adalah daya saing produk Indonesia yang lemah dan kompetitif.
Franky menambahkan, posisi Jokowi terhadap WTO seperti yang disampaikan dalam debat capres, memberi keyakinan terhadap pengusaha bahwa Jokowi akan mampu membawa Indonesia bersaing dalam perdagangan dunia.
Dia menyatakan, Indonesia saat ini memasuki berbagai kerjasama perdagangan, baik global, regional maupun bilateral. Jawaban Jokowi yang memfokuskan peningkatan daya saing diyakini dapat mengarahkan fokus pemerintah untuk membantu industri nasional.
“Jawaban Pak Jokowi meyakinkan kita bahwa berbagai kerjasama perdagangan yang diikuti Indonesia, ACFTA, MEA dan sebagainya, tidak perlu lagi dijadikan polemik, melainkan harus dihadapi agar Indonesia dapat memperoleh manfaat berupa surplus perdagangan. Pemerintah memang perlu berfokus untuk meningkatkan daya saing industri nasional,” tambah Franky.
No comments:
Post a Comment