Friday, June 27, 2014

Fadli Zon Ziarahi Karl Marx, Tetapi Jokowi yang Dituding Komunis

istimewa
istimewa
Metrotvnews.com, Jakarta: Foto Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon berziarah ke makam Bapak Komunisme, Karl Marx, baru-baru ini beredar luas di masyarakat. Peredaran foto itu tidak lama setelah Fadli menuding bahwa Revolusi Mental ala Joko Widodo bernuansa komunis.

Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-JK, Hasto Kristiyanto, meminta sebaiknya Fadli segera menghilangkan tuduhan buta dan tidak mendasar ke Jokowi. "Dengan berkunjung ke makam Karl Marx, kita tahu sebenarnya, siapa yang sebenarnya menjadi pengagum komunis," ujar Hasto di Jakarta, Jumat (27/6/2014).

Ia mengatakan spiritualitas Fadli Zon dapat tergambar melalui kegiatann berziarah ke makam Karl Marx. Menurutnya, dari situ bisa ketahuan siapa sebenarnya yang menjadi pengagum komunis, dan siapa pemegang Pancasila dengan sila Ketuhanannya.

"Fadli Zon lah yang justru mengidentikkan dirinya dengan Komunisme Karl Marx," katanya.

Hasto mengatakan, Fadli Zon harus sadar bahwa Jokowi merupakan pemimpin berkarakter Indonesia. Ia menegaskan Revolusi Mental yang diusung Jokowi bersendikan Pancasila dan kepribadian Indonesia. Terbukti Jokowi lebih berpihak pada petani, guru, dan pedagang pasar sesuai dengan sila Kemanusiaan dan Keadilan.

"Jokowi memiliki karakter saleh dan merakyat. Ini adalah cermin pemahaman Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan. Diterimanya Pak Jokowi oleh seluruh lapisan masyarakat mencerminkan semangat Persatuan Indonesia. Sedangkan kemampuannya menyelesaikan masalah dengan cara berdialog dan menghormati rakyat kecil adalah cermin musyawarah mufakat," terangnya.

Ia menambahkan Revolusi Mental adalah gagasan tulen Jokowi yang menyatu dengan apa yang dibutuhkan rakyat saat ini. Jokowi melihat merosotnya disiplin nasional, penyakit korupsi di seluruh lapisan, kemiskinan keteladanan dari elite dan melunturnya kebanggaan sebagai bangsa.

"Kesemuanya memerlukan revolusi mental. Kesemuanya dimulai dari sumber daya manusianya. Indonesia pasti bisa melesat jauh meninggalkan Singapura dan Malaysia," terangnya. (*)
(Nav)

No comments:

Post a Comment