Wednesday, June 11, 2014

Boediono: Saya Terjebak Masuk Pemerintahan

KOMPAS/RIZA FATHONI

Wakil Presiden Boediono beserta Ny Herawati Boediono (kanan) dan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi (kiri) didampingi Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno (kedua dari kiri) setibanya di di Bandara Minangkabau, Padang, Sumatera Barat, Sabtu (8/6). Dalam kunjungan kerja tersebut, Wapres bertemu dengan Muspida setempat, tokoh masyarakat dan agama serta perwakilan pelajar penerima bantuan siswa miskin (BSM).

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Boediono mendapat banyak pertanyaan dari sejumlah pengajar muda yang ikut dalam program Indonesia Mengajar di Kantor Wakil Presiden, Rabu (11/6/2014). Salah satu pengajar muda bertanya soal perjalanan hidup Boediono hingga akhirnya memutuskan maju sebagai orang nomor dua di negeri ini. Boediono mengaku tak pernah merencanakan hidupnya berada dalam pemerintahan. 

Dia bahkan menyebut, takdir hidupnya di pemerintahan itu bermula karena "terjebak". Mengawali perbincangan santai itu, Boediono bercerita tentang masa mudanya selepas lulus kuliah. Ketika itu, ia mengaku tak memiliki cita-cita apa pun. Dia hanya mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke Australia.

"Dalam proses pembelajaran di Australia, saya lihat, jadi dosen bagus juga yah. Saya dulu tidak tahu ekonomi itu apa. Saya masuk ya masuk saja. Lama-lama saya enjoy dan saya mendapat kesimpulan bahwa kehidupan di akademik bagus," kata pria lulusan Western University Australia dan Monash University itu.

Selepas dari Australia, guru besar bidang ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menjadi dosen pada tahun 1960-an. Selama menjadi dosen, Boediono juga aktif melakukan penelitian. Setelah lama berada di dunia akademis, Boediono mengaku mendapat tawaran menjadi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 1998. 

Awalnya, ia berpikir jabatan itu hanya akan diembannya selama lima tahun. Dia pun berencana kembali mengajar di UGM selepas dari Bappenas. 

"Ternyata, setelah beberapa tahun, saya terperangkap di pemerintahan, dan saya juga suka rela masuk perangkap. Lalu terus bergulir sampai sekarang. Saya juga tidak pernah mikirdiajak cawapres oleh SBY. Ternyata banyak politiknya di sini. Ya sudah, saya jalani," kata Boediono. 

Oleh karena itu, Boediono mendoakan para pengajar muda bisa terus muncul setiap tahunnya. Menurut dia, program Indonesia Mengajar adalah program yang baik untuk menjangkau masyarakat di wilayah terluar mendapat akses pendidikan. Dia berharap agar program ini tetap dikelola swasta. 

"Saya harap program ini tidak diambil oleh pemerintah, tetaplah dikelola swasta. Jangan masuk APBN, nanti bakal ruwet. Saya tahu APBN ruwet, tetapi dukungan dari APBD masih dibutuhkan. Saya lihat programnya sangat bagus. Program yang menjangkau penduduk kita," tutur Boediono.

No comments:

Post a Comment