JAKARTA, KOMPAS.com — Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menganggap ada ironi yang terjadi di dunia pendidikan di Jakarta saat ini. Sebab, pada saat masih banyak anak-anak dari keluarga tidak mampu yang tidak bisa melanjutkan sekolah, ternyata anak-anak yang bisa melanjutkan sekolah malah bersikap layaknya preman.
"Ada 40 persen anak usia 16-18 tahun di DKI yang tidak bisa melanjutkan sekolah. Tapi, ada anak yang mampu sekolah justru seperti gaya preman, menyiksa orang," katanya, di Balaikota Jakarta, Senin (23/6/2014).
Hal itu dikatakannya menanggapi tewasnya Arfiand Caesar Al Irhami (16), siswa SMAN 3 Jakarta, yang diduga dilakukan para seniornya. Arfiand diduga dianiaya saat mengikuti kegiatan pencinta alam.
Menurut pria yang akrab disapa Ahok itu, sampai saat ini jajaran di Dinas Pendidikan masih menunggu perkembangan penyelidikan di kepolisian. Bila hasil penyelidikan menyimpulkan bahwa para senior Arfiand terbukti sebagai pelaku, Ahok ingin agar mereka dikeluarkan dari sekolah.
Tak hanya itu, ia juga ingin agar jajaran pejabat sekolah di SMAN 3 ikut mendapatkan sanksi karena lalai mengawasi anak didiknya.
"Harus ada sanksi kepada kepala sekolah, guru yang mendampingi, termasuk murid yang menyiksa," ujar mantan Bupati Belitung Timur itu.
Arfiand meninggal dunia pada Jumat (20/6/2014) di Rumah Sakit MMC, Jakarta Selatan. Sebelumnya, ia diketahui telah mengikuti pelatihan ekstrakulikuler pencinta alam selama satu minggu di Tangkuban Parahu, Jawa Barat.
No comments:
Post a Comment