Tuesday, October 7, 2014

Pimpin polisi kepung markas FPI, Jenderal Unggung panen pujian

Pimpin polisi kepung markas FPI, Jenderal Unggung panen pujian

Kemarin Jumat (3/10), Front Pembela Islam (FPI) melakukan demonstrasi lagi di Gedung DPRD DKI hingga Balai Kota Jakarta. Mereka masih ngotot melarang keras Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) jadi gubernur menggantikan Joko Widodo (Jokowi) yang tak lama lagi akan dilantik menjadi presiden.

Namun demo FPI itu justru berakhir ricuh. Ratusan massa FPI yang awalnya berada di sekitar Jalan Kebon Sirih langsung anarkis. Setelah berorasi sekitar 30 menit, mereka tiba-tiba kompak melempari baru ke dalam area gedung hingga memakan belasan korban termasuk anggota polisi.

Aksi mereka tak lantas didiamkan oleh polisi begitu saja. Kepolisian ibu kota yang dipimpin langsung oleh Polda Metro Jaya langsung menerjunkan kapoldanya. Tak tanggung-tanggung, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono langsung memberi komando ribuan anggotanya untuk mengepung markas besar FPI di Petamburan, Jakarta Pusat.

Unggung tak sendiri, dia ditemani Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Sudjarno dan Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Hendro Pandowo. Mereka masuk ke dalam rumah Ketua FPI Habib Rizieq untuk mencari dalang kerusuhan demo ricuh itu.

Usut punya usut soal Unggung, Kapolda Metro Jaya yang baru dilantik ini memang terbilang sungguh berani langsung mengambil keputusan untuk mengepung markas FPI. Bahkan dia memutuskan untuk turun sendiri ke jalan untuk memastikan semuanya cepat kondusif.

Terakhir, polisi juga pernah mengepung markas FPI di Petamburan pada 2008 silam terkait aksi kekerasan di Monumen Nasional (Monas). Pengepungan itu langsung melibatkan ratusan personel Polda Metro Jaya dan Mabes Polri.

Pada awal masa menjabat Kapolda Metro Jaya, Unggung memang berjanji akan memberantas premanisme dan judi dari ibu kota. Selain itu, Unggung juga mengaku lebih suka melakukan pendekatan secara humanis dalam menangani sebuah kasus, meski dia bekas Kepala Brigadir Mobil (Brimob) Polri.

Kini Polda Metro Jaya telah resmi menetapkan 21 tersangka. Puluhan orang itu terbukti melakukan tindakan anarkis saat demo FPI anti-Ahok kemarin. Sementara itu polisi masih memburu salah satu anggota FPI bernama Habib Novel, yang diduga menjadi dalang kerusuhan.

Aksi Unggung tersebut menuai pujian dari beberapa pihak. Berikut rangkumannya:

Kapolda Metro Jaya Unggung Cahyono memimpin langsung pengepungan markas besar FPI di Petamburan, Jakarta Pusat. Wakil Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memuji aksi jenderal bintang dua ini.

"Bagus. Kita terima kasih Pak Unggung seperti ini luar biasa, dia memimpin sendiri. Harusnya jenderal kan jangan mimpin sendiri, harusnya di belakang," kata Ahok di Balaikota DKI, Senin (6/10).

Menurut Ahok, membubarkan FPI adalah wewenang Kapolda. Dia menyerahkan masalah ini pada Irjen Unggung. 

"Saya kira Polda sudah punya benang merahnya, dia sudah bisa proses. Kan mereka punya intel. Mereka bisa tahulah siapa-siapa sebetulnya," kata Ahok.

"Kita pengen cari aktor intelektualnya siapa. Yang biayain siapa. Itu yang harus ditangkap.

Ketua SETARA Institute Hendardi memuji langkah polisi yang tegas menindak aksi demo anarkis FPI Jumat (3/10) lalu. Hendardi juga memberikan hormat kepada Unggung Cahyono selaku Kapolda Metro Jaya yang mempunyai ketegasan kepada aksi FPI yang dinilai sudah keterlaluan.

"Hal ini memulihkan kepercayaan publik pada Polri, yang selama ini sering dianggap tidak berdaya menghadapi ormas-ormas anarkis intoleran yang mengusik ketertiban umum," kata Hendardi, Senin (6/10).

Penetapan 21 tersangka anggota FPI dan rencana penjemputan paksa Habib NV, pimpinan aksi adalah tindakan Polda yang sesuai kewenangan dan dijamin oleh UU dan Konstitusi. 

"Kita dukung, siapapun yang melakukan tindak pidana untuk diproses secara hukum," katanya.

Hendardi menduga ada aktor intelektual di balik aksi demo menolak Ahok. Menurutnya kasus ini jangan berhenti hanya pada 21 tersangka tersebut.

"Polda Metro Jaya selanjutnya harus memastikan rangkaian proses pengangkatan Gubernur DKI Jakarta berlangsung aman. Untuk antisipasi, Polda juga mesti mengejar aktor intelektual dibalik penolakan itu," kata dia.

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) ikut menanggapi Kapolda Metro Jaya yang belum lama dilantik itu. Kompolnas angkat topi untuk ketegasan dan keberanian Irjen Pol Unggung Cahyono.

"Kami puji Kapolda Metro Jaya atas kinerjanya. Saya kira kita apresiasi keberanian kapolda dan jajarannya untuk menindak pendemo yang anarkis. Siapapun yang anarkis saat demo ya memang harus ditindak," kata Komisioner Kompolnas Edi Hasibuan kepada merdeka.com, Senin (6/10).

Edi pun berharap Unggung dan jajarannya tetap mau konsisten memberantas kekerasan jalanan. Apalagi perilaku ormas seperti FPI yang kerap kali berakhir anarkis.

"Harus ada keberanian polisi menindak demonstran yang anarkis. Kalau tidak, akan banyak lagi demonstran yang melakukan hal yang sama. Karena demo itu ada aturan yang harus diikuti. Siapapun yang melanggar dan anarkis harus ditindak, jangan sampai dia meresahkan dan juga melukai masyarakat dan polisi," imbuh Edi.

Pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar menilai langkah yang dilakukan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono menghadapi demo ricuh FPI kemarin sudah tepat. Menurutnya segala macam tindakan anarkis dan melanggar hukum jelas harus ditindak tegas oleh Korps Bhayangkara itu.

"Tindakan tegas itu tidak salah, apalagi menghadapi hal-hal yang anarkis. Saya nilai itu tepat ya," kata Bambang kepada merdeka.com, Senin (10/6) malam.

Namun di balik peristiwa kemarin, Bambang berharap Unggung dan jajarannya tidak terlena begitu saja.

"Tapi di balik itu, jangan dibanggakan penyelesaiannya sampai di situ. Jangan sampai pamer kekuatan. Kekerasan yang dibuat FPI jangan dibalas dengan kekerasan juga, itu salah saya kira. Polisi itu kan harus legowo dan harus tetap memahami masyarakat yang punya kepentingan untuk didengar," ujarnya.

Menurut Bambang, seharusnya polisi harus cepat mengambil pendekatan dialogis secara berkala kepada FPI, terlebih setelah kejadian kemarin.

"Saya lihat peristiwa kemarin itu ada kandungannya, mereka (FPI) belum paham dengan konsep pluralisme yang selama ini ada di Indonesia. Etnisnya lain itu bisa jadi permasalahan kan? Ahok yang non-muslim bisa membuat mereka panas. Nah, tapi warga negara kita memang belum semuanya paham, FPI itu juga belum paham."

"Untuk menyelesaikan itu harus ada pendekatan dialogis. Ahok itu saudara kita, FPI itu juga saudara kita. Cuma ini yang memang harus diwaspadai, jangan sampai ada konflik lagi kalau bisa. Karena saya khawatir ini akan terjadi lagi. Karena ini kan bukan hanya di Jakarta saja hal-hal yang seperti ini," imbuh Bambang.





No comments:

Post a Comment