Friday, August 15, 2014

Presiden: Saya adalah Anak Biasa dari Pacitan

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, menjadi presiden bagi Republik Indonesia adalah sebuah kehormatan besar baginya. Menjadi presiden adalah sebuah proses belajar yang tiada habisnya.
"Saya adalah anak orang biasa dan anak biasa dari Pacitan yang kemudian menjadi tentara, menteri, dan kemudian dipilih sejarah untuk memimpin bangsa Indonesia," kata Presiden Yudhoyono saat menyampaikan pidato kenegaraan dalam rangka Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Ke-69 Republik Indonesia di Kompleks Gedung DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2014).

Dalam pidato kenegaraan yang membahas aneka persoalan dan capaian pemerintahannya selama dua periode itu, Yudhoyono menyelipkan kesan pribadinya selama sepuluh tahun memimpin negeri ini. Bagi Yudhoyono, menjadi presiden di negara demokrasi berpenduduk 240 juta jiwa adalah suatu proses belajar yang tidak akan pernah ada habisnya.
Ia berjanji untuk membantu siapa pun yang akan menjadi presiden Indonesia periode 2014-2019 jika hal itu dikehendaki. "Ini adalah kewajiban moral saya sebagai mantan presiden dan nantinya sebagai warga negara," kata dia.
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato kenegaraan untuk yang terakhir dalam pemerintahannya kali ini. Dalam pidato tahunan tersebut, SBY menyampaikan bahwa dirinya tidak pernah tergoda untuk melanggar sumpah dan amanah rakyat.
"Dalam 10 tahun terakhir, saya sudah dedikasikan seluruh jiwa dan raga saya. Cobaan krisis dan tantangan tidak membuat saya pesimis atas masa depan Indonesia. Tidak pernah satu menit pun saya tergoda untuk melanggar sumpah dan amanah rakyat Indonesia, tanggung jawab saya bukanlah akhirnya pada parpol, parlemen, melainkan kepada rakyat Indonesia," kata Presiden SBY di Gedung DPR, Jumat (15/8/2014).
Kepala Negara menekankan, perasaannya berdiri di mimbar kepresidenan di hadapan semua wakil rakyat adalah perasaan yang sama ketika dirinya kali pertama menjabat sebagai Presiden RI pada tahun 2004.
"Hari ini saya berdiri di mimbar ini dengan seribu perasaan yang sulit dilukiskan, terakhir kalinya saya pidato di tempat terhormat ini. Walaupun ini pidato kesepuluh, perasaan saya tetap sama seperti pada tahun 2005," papar SBY.
SBY juga menyebut empat refleksi dalam pemerintahannya, yang dia nilai perlu dipertahankan. Pertama, sistem adalah sesuatu yang perlu dibangun, bukan pada figur. Kedua, perlunya menjaga ke-Indonesia-an. Ketiga, demokrasi harus mengarah ke rakyat, bukan ke elite. Keempat, perlunya menjaga momentum positif Indonesia.
JAKARTA, KOMPAS.com — Pidato kenegaraan yang dibacakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (15/8/2014), akan jadi momen spesial lantaran pidato kali ini adalah yang terakhir kalinya disampaikan Yudhoyono sebelum turun mengakhiri masa jabatan pada 20 Oktober 2014. Namun, sebanyak 173 orang atau 30 persen anggota DPR tercatat tidak hadir dalam sidang bersama DPR dan DPD untuk mendengar pidato Presiden tersebut.
Fraksi yang cukup banyak anggotanya tidak hadir adalah Fraksi Partai Gerindra, hanya separuhnya yang hadir. Jumlah anggota Fraksi Gerindra yang hadir mencapai 13 orang dari 26 anggota di parlemen. Sementara itu, lebih dari setengah anggota fraksi lain hadir. Namun, tidak ada fraksi yang berhasil mendatangkan anggotanya secara lengkap.
Fraksi Partai Demokrat, misalnya, jumlah yang hadir ialah sebanyak 124 anggota dari 148 anggota di parlemen. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dihadiri 57 anggotanya dari 92 kursi di parlemen. Sebanyak 66 orang Fraksi Partai Golkar hadir dari 104 kursi di parlemen.
Dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, 40 anggota hadir dari 58 kursi di parlemen. Fraksi Partai Amanat Nasional, 33 anggota hadir dari 45 kursi di parlemen. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, 22 anggota hadir dari 38 kursi di parlemen. Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, 20 anggota hadir dari 28 kursi di parlemen. Fraksi Partai Gerindra, 13 orang hadir dari 26 kursi di parlemen, dan Fraksi Partai Hanura, 12 anggota hadir dari 17 kursi di parlemen. Total sebanyak 387 anggota DPR hadir dari 560 anggota yang ada. Artinya, hampir sepertiga anggota DPR tidak hadir dalam sidang tersebut.
Di antara anggota dewan yang tercatat hadir, sekitar 15 anggota di antaranya terlambat hadir dan tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang sidang. Mereka yang tidak bisa masuk ke dalam ruangan itu meliputi Rieke Dyah Pitaloka (Fraksi PDI-P), Hanif Dakhiri (Fraksi PKB), Linda Megawati (Fraksi Partai Demokrat), Primus Yustisio (Fraksi PAN), Venna Melinda (Fraksi Partai Demokrat), dan Gede Pasek Suardika (Fraksi Partai Demokrat).
Dalam sidang bersama DPR dan DPD ini, Presiden SBY akan menyampaikan pidato kenegaraan, nota keuangan, dan RAPBN 2015.

No comments:

Post a Comment