Jakarta - Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal terus digerogoti dengan isu-isu miring. Munculnya dua black campaign belakangan yang menimpa capres nomor urut satu itu dianggap masih akan terus berlanjut hingga mendekati pemilihan presiden 9 Juli mendatang.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris berpendapat kasus tabloid Obor Rakyat dan isu transkrip pembicaraan Megawati dengan Basrief Arief jelas-jelas sebagai kampanye hitam. "Mesti diwaspadai, black campaign seperti itu belum akan berhenti sampai mendekati Pilpres," kata Syamsuddin saat berbincang dengan detikcom, Kamis (19/6).
Syamsuddin menekankan kampanye hitam sama saja dengan fitnah dan bisa merusak demokrasi. "Kampanye seperti itu dilakukan oleh orang yang kerdil, pengecut," tegasnya.
Peneliti senior pada Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI meminta Polri segera mengusut tuntas pelaku-pelaku kampanye hitam karena masa kampanye tidak lama lagi akan berakhir. "Kepolisian harus tegas," ujarnya.
Syamsuddin mengingatkan masyarakat sebaiknya tidak mudah terpengaruh dengan beredarnya isu-isu yang tidak berdasar. Ia berharap publik bisa membedakan mana yang benar dan salah. "Mudah-mudahan masyarakat tidak terprovokasi dengan kampanye hitam yang sangat merugikan capres," tutur dia.
Syamsuddin menambahkan sebaiknya kubu capres yang merasa sangat dirugikan tidak perlu membalas dengan cara melakukan kampanye hitam juga. "Kampanye hitam itu kan fitnah, jadi fitnah tidak perlu dibalas dengan fitnah," katanya menegaskan.
Jokowi sebelumnya mengakui merasa sangat dirugikan. Ia berang dengan munculnya kampanye-kampanye hitam yang menyerang dirinya dan kubunya.
Kapolri Jenderal Sutarman pagi tadi mengakui beredarnya isu transkrip telepon antara Jaksa Agung Basrief Arief dengan Ketum PDIP Megawati merupakan pelanggaran dan Polri akan mengusutnya. Adapun terkait kasus tabloid Obor Rakyat, Polri sudah mengusutnya dan bakal menjerat dengan pasal pidana pemilu dan pidana umum.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris berpendapat kasus tabloid Obor Rakyat dan isu transkrip pembicaraan Megawati dengan Basrief Arief jelas-jelas sebagai kampanye hitam. "Mesti diwaspadai, black campaign seperti itu belum akan berhenti sampai mendekati Pilpres," kata Syamsuddin saat berbincang dengan detikcom, Kamis (19/6).
Syamsuddin menekankan kampanye hitam sama saja dengan fitnah dan bisa merusak demokrasi. "Kampanye seperti itu dilakukan oleh orang yang kerdil, pengecut," tegasnya.
Peneliti senior pada Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI meminta Polri segera mengusut tuntas pelaku-pelaku kampanye hitam karena masa kampanye tidak lama lagi akan berakhir. "Kepolisian harus tegas," ujarnya.
Syamsuddin mengingatkan masyarakat sebaiknya tidak mudah terpengaruh dengan beredarnya isu-isu yang tidak berdasar. Ia berharap publik bisa membedakan mana yang benar dan salah. "Mudah-mudahan masyarakat tidak terprovokasi dengan kampanye hitam yang sangat merugikan capres," tutur dia.
Syamsuddin menambahkan sebaiknya kubu capres yang merasa sangat dirugikan tidak perlu membalas dengan cara melakukan kampanye hitam juga. "Kampanye hitam itu kan fitnah, jadi fitnah tidak perlu dibalas dengan fitnah," katanya menegaskan.
Jokowi sebelumnya mengakui merasa sangat dirugikan. Ia berang dengan munculnya kampanye-kampanye hitam yang menyerang dirinya dan kubunya.
Kapolri Jenderal Sutarman pagi tadi mengakui beredarnya isu transkrip telepon antara Jaksa Agung Basrief Arief dengan Ketum PDIP Megawati merupakan pelanggaran dan Polri akan mengusutnya. Adapun terkait kasus tabloid Obor Rakyat, Polri sudah mengusutnya dan bakal menjerat dengan pasal pidana pemilu dan pidana umum.
No comments:
Post a Comment