Tuesday, December 1, 2015

Permasalahan Sosial-Ekonomi Warga Rusunawa Tengah Dikaji

epala Dinas Perumahan dan Gedung Provinsi DKI Jakarta Ika Lestari Aji mengatakan, pihaknya memahami permasalahan sosial-ekonomi warga relokasi yang menunggak pembayaran sewa unit rusun. Ia mengatakan saat ini tengah mengkaji persoalan tersebut.

Ika mengakui, ada banyak perubahan yang dihadapi warga relokasi sejak tinggal di rumah susun sederhana sewa. Mereka direlokasi karena tempat tinggal lamanya terkena berbagai proyek pembangunan kota.

"Warga Kampung Pulo, misalnya, sebelumnya tinggal di rumah milik mereka, tanpa membayar sewa. Kami pun khawatir akan ada masalah tunggakan sewa unit rusun yang sama seperti di Rusunawa Pulogebang," tuturnya, Senin (30/11).

Pengamatan di lapangan, beban biaya sewa unit rusunawa memang mulai membayangi warga Kampung Pulo, Jatinegara, yang direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat, Jakarta Timur.

Supriatin (40), salah satu warga relokasi itu, mengaku belum bisa membayangkan berapa uang yang harus disisihkan untuk membayar sewa unit rusun. Selama di Kampung Pulo, dia bersama dua adiknya menempati rumah milik orangtua mereka.

"Kalau air, listrik, kami sudah bayar sendiri. Cuma yang tidak biasa ini, kan, bayar sewa unit. Kami takut tak sanggup bayar, kemudian diusir," katanya.

Seperti diwartakan, sebagian warga yang direlokasi dari Waduk Pluit ke Rusunawa Pulogebang kini menunggak pembayaran sewa unit rusun. Bahkan, ada yang tunggakannya mencapai Rp 14 juta (Kompas, 30/11).

Hal ini disebabkan mereka tercerabut dari akar sosial-ekonomi di daerah asal dan kesulitan mencari mata pencarian baru di tempat baru.

Ika enggan menyebutkan jumlah tunggakan sewa unit rusunawa di kalangan warga relokasi ini. Dia hanya mengakui ada cukup banyak tunggakan.

Menurut Ika, pihaknya kini juga sedang mengkaji dalam skala kecil terkait permasalahan warga yang direlokasi ke rusun. 

"Dari pengamatan kami, permasalahan ini tak bisa diselesaikan secara general. Setiap tempat ada perbedaan masalah. Kami akan studi kasus per kasus," ucap Ika.

Bersiasat

Di rusun-rusun lain, warga relokasi ini bersiasat agar bisa membayar sewa unit per bulan. 

Sebagian warga eks bantaran kali dan pinggir rel kereta api yang tinggal di Rusunawa Pesakih, Jalan Daan Mogot Kilometer 14, Jakarta Barat, membuka warung kecil-kecilan di lantai dasar rusun. 

Sebagian mengaku hasilnya cukup untuk membayar biaya sewa Rp 200.000-300.000 per bulan.

Hampir setahun terakhir, Riky Fitri Haryanti (31) berjualan jus di lantai dasar Blok C Rusunawa Pesakih. Ia memutuskan berjualan dengan modal Rp 1 juta setelah dipecat dari tempat kerja lamanya di koperasi simpan pinjam. 

"Selain berjualan jus, saya juga berjualan tas secara online. Lumayan, penghasilannya bisa untuk membayar listrik per bulan," ungkap Riky, kemarin.

Di Rusunawa Muara Baru, Jakarta Utara, puluhan warga memanfaatkan kolong rusun untuk berjualan, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga kendaraan bermotor.

Irvan (33) telah sekitar enam bulan terakhir berjualan sayuran di kolong rusun Blok 10. "Kalau tidak begini, tidak makan. Lumayan, bisa dapat Rp 100.000 per hari," ucap ayah satu anak ini.

No comments:

Post a Comment