Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan kembali membela mantan anak buahnya, Darmawan Prasodjo.
Darmo, demikian dia disapa, disebut Luhut adalah seorang yang tidak pernah mengusulkan perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia. (Baca: Loloskan Kontrak Karya Freeport, Riza Chalid Lobi Anak Buah Luhut?)
Darmo, demikian dia disapa, disebut Luhut adalah seorang yang tidak pernah mengusulkan perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia. (Baca: Loloskan Kontrak Karya Freeport, Riza Chalid Lobi Anak Buah Luhut?)
"Darmo adalah seorang yang profesional. Dia yang selalu membantu saya ingatkan ini time to time. Kalau dia disebut dipengaruhi, seharusnya ini (memo rekomendasi soal kontrak Freeport) bisa berubah," kata Luhut dalam jumpa pers di kantornya, Jumat (11/12/2015).
Di dalam memo yang diberikan kepada Presiden itu, Luhut menyebutkan bahwa sikapnya jelas meminta presiden menunda pembicaraan soal kontrak Freeport sampai tahun 2019, atau dua tahun sebelum kontrak selesai.
Luhut mengungkapkan, memo itu disusun dirinya dengan bantuan Darmo. Sehingga dia menegaskan bahwa Darmo sama sekali tidak memberikan masukan yang aneh ke presiden.
Sebelumnya menjadi Menko Polhukam, Luhut adalah Kepala Staf Kepresidenan. Dia mengangkat lima deputi, salah satunya adalah Darmo yang menduduki posisi Deputi I Bidang Monitoring dan Evaluasi.
Luhut mengungkapkan, Darmo juga masih memberikan masukan yang obyektif soal Freeport. (Baca: Darmo, Si Pintar yang Disayang Jokowi dan Didekati Riza Chalid)
"Pada 14 Oktober, Darmo masih makan dengan Presiden, Pak Teten, dan Sukardi Rinakit. Di situ, Darmo masih mengingatkan soal memo ini. Jadi, Darmo tidak ada masalah. Dia tidak pernah memberikan hal negatif untuk mempercepat proses Freeport ini," kata dia.
Di dalam rekaman pembicaraan antara Ketua DPR Setya Novanto, pengusaha Riza Chalid, dengan Presiden Direktur Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin diketahui nama Darmo disebut beberapa kali oleh Riza.
Riza mengaku sudah berupaya mendekati Darmo untuk memengaruhi pria yang memiliki ahli di bidang energi itu terkait perpanjangan kontrak Freeport. (Baca: "Luhut", "Darmo", dan "Ridwan" Disebut dalam Transkrip Pencatutan Nama Presiden)
"Darmo ini disayang sama dia (Jokowi) karena si Darmo kalau presentasi, lulusan Amerika, kuliah PhD pintar. Jokowi happyterus. Ini aku tahu. Darmo ngomong Pak, itu didengerin (oleh Jokowi)," kata Riza.
Di dalam memo yang diberikan kepada Presiden itu, Luhut menyebutkan bahwa sikapnya jelas meminta presiden menunda pembicaraan soal kontrak Freeport sampai tahun 2019, atau dua tahun sebelum kontrak selesai.
Luhut mengungkapkan, memo itu disusun dirinya dengan bantuan Darmo. Sehingga dia menegaskan bahwa Darmo sama sekali tidak memberikan masukan yang aneh ke presiden.
Sebelumnya menjadi Menko Polhukam, Luhut adalah Kepala Staf Kepresidenan. Dia mengangkat lima deputi, salah satunya adalah Darmo yang menduduki posisi Deputi I Bidang Monitoring dan Evaluasi.
Luhut mengungkapkan, Darmo juga masih memberikan masukan yang obyektif soal Freeport. (Baca: Darmo, Si Pintar yang Disayang Jokowi dan Didekati Riza Chalid)
"Pada 14 Oktober, Darmo masih makan dengan Presiden, Pak Teten, dan Sukardi Rinakit. Di situ, Darmo masih mengingatkan soal memo ini. Jadi, Darmo tidak ada masalah. Dia tidak pernah memberikan hal negatif untuk mempercepat proses Freeport ini," kata dia.
Di dalam rekaman pembicaraan antara Ketua DPR Setya Novanto, pengusaha Riza Chalid, dengan Presiden Direktur Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin diketahui nama Darmo disebut beberapa kali oleh Riza.
Riza mengaku sudah berupaya mendekati Darmo untuk memengaruhi pria yang memiliki ahli di bidang energi itu terkait perpanjangan kontrak Freeport. (Baca: "Luhut", "Darmo", dan "Ridwan" Disebut dalam Transkrip Pencatutan Nama Presiden)
"Darmo ini disayang sama dia (Jokowi) karena si Darmo kalau presentasi, lulusan Amerika, kuliah PhD pintar. Jokowi happyterus. Ini aku tahu. Darmo ngomong Pak, itu didengerin (oleh Jokowi)," kata Riza.
No comments:
Post a Comment