Sunday, November 30, 2014

Ahok mengaku sempat dicurhati soal kondisi Bayi Abbi

Merdeka.com - Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku langsung mengonfirmasi orangtua Abbiyasa Rizal Ahnaf, bayi penderita penyumbatan pencernaan yang ditolak beberapa rumah sakit di Jakarta. Konfirmasi itu dilakukan Ahok untuk mengetahui kebenaran broadcast yang diterimanya empat hari lalu.

Mendapat SMS dari gubernur, Edi Karno (29) ayah dari Abbi(2) langsung membalasnya. Ketika itu, dia mengaku putranya sempat mendapat perawatan dari tim medis di RS Tarakan.

"Assalamualaikum wr wb. Saya ingin meluruskan berita yang sempat beredar mengenai putra saya yang kesulitan mencari rumah sakit, Alhamdulillah saat ini putra saya sudah mendapatkan perawatan dan penanganan dengan baik di Tarakan, operasi juga sudah dilakukan. Mengenai kondisi anak saya saat ini masih di observasi oleh tim rumah sakit Tarakan. Saya juga sudah mendapat kemudahan dengan menggunakan BPJS. Semoga informasi ini bisa meredam isu yang sempat beredar dan yang merugikan pihak manapun. Saya berterima kasih atas segala bentuk perhatian, dukungan moral dan doa untuk kesembuhan putra saya. Terima kasih juga kepada BPJS yang sudah memudahkan penanganan kesehatan bagi putra saya. Tidak lupa permohonan maaf saya sampaikan kepada semua pihak, baik perorangan ataupun instansi atas beredarnya beritatentang anak saya. Assalamualaikum wr wb. Hormat saya Muhamad Edi Karno," ungkap Ahok saat membacakan SMS dari Edi.

Ahok mengatakan jangan asal menyebarkan pesan, jika ada hal seperti itu langsung sampaikan kepadanya rumah sakit yang menolak.

"Jadi sekali lagi saya katakan jangan so sebarkan sebarkan sampai semua wewenang tau, kalau mau langsung kasih tahu kita rumah sakit mana yang kurang ajar kalau perlu saya tempeleng," ujar Ahok.

Saat ditelusuri merdeka.com, Edi Karno (29) ayah dari Abbiyasa Rizal Ahnaf (2) yang menderita Ilius obstruksi atau penyumbatan pencernaan menuturkan kisah seputar pelayanan BPJS. Bayi Abbi wafat usai operasi bedah.

Dirinya mengatakan bahwa sekitar 40 rumah sakit yang didatanginya untuk mengurus penanganan Abbi menggunakan BPJS kelas 3, rata-rata bermasalah dalan penyediaan alat Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

Selain itu, rata-rata rumah sakit tersebut mengatakan bahwa ruang pelayanan bagi peserta BPJS kelas 3 sudah penuh, sehingga dirinya tetap harus membayar jika ingin dilayani di pelayanan BPJS kelas 2.

"Akhirnya di RS Pasar Rebo, saya dapat ruang perawatan kelas 3. Namun setelah diperiksa segala macam dan diagnosa-nya keluar, saya disuruh cari RS lagi untuk penindakan bedah. Cari yang punya ruang PICU nya itu yang sulit. Di Jakarta, Bekasi, Depok, sudah saya cari sampai sekitar 40 RS, tapi kebanyakan mereka bilang penuh atau nggak punya alat PICU nya," kata Edi saat ditemui di kediaman duka, Jalan SMPN 160, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur pada Sabtu (29/11).

Edi mengungkapkan ada sejumlah RS swasta yang sebenarnya bekerjasama dengan program BPJS, jika dilihat dari spanduk kerjasama di RS nya, namun ternyata pihak RS meminta DP sekitar Rp 30 juta sebelum menangani Abbi.

Akhirnya Edi mendapat info dari RSUD Tarakan dengan pelayanan BPJS nya, dan memindahkan almarhum anaknya tersebut kesana. Akhirnya Abbi langsung mendapat penanganan di RSUD Tarakan, dan dilakukan operasi bedah pada hari Rabu (27/11).

Namun Edi pun kembali menuturkan bahwa dari segi penanganan, ada hal yang disayangkannya dari penanganan di RSUD Pasar Rebo dan RSUD Tarakan, yang menurutnya sama sekali tidak profesional dan terkesan sembarangan dalam menangani pasien peserta BPJS.

No comments:

Post a Comment