Saturday, January 21, 2017

Warga Rusunawa Kerja Sama dengan Pengusaha

Pengelola rumah susun sederhana sewa Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur, menjajaki kerja sama dengan pengusaha dan yayasan untuk merintis usaha kecil bagi penghuni rusunawa. Hingga kini, sebagian besar penghuni masih menunggak sewa rusunawa.

Rintisan usaha kecil untuk penghuni Rusunawa Cipinang Besar Selatan (Cibesel) itu dimulai dengan pelatihan keterampilan dan wirausaha yang dilakukan Yayasan Pondok Kasih. Pelatihan berupa pembuatan sabun untuk diekspor ke Taiwan. Sementara kalangan usaha kuliner mulai tertarik membeli cabai dari pertanian kota yang dijalankan penghuni rusunawa.

Penjajakan kerja sama itu dimulai dengan mengajak pengusaha kuliner meninjau kegiatan warga di Rusunawa Cibesel, Jumat (20/1). Hadir Swan Kumarga dari kalangan pengusaha kuliner, beberapa pengusaha yang tergabung dalam Yayasan Pondok Kasih, serta perwakilan dari Bank Indonesia kantor perwakilan DKI Jakarta.

Setelah meninjau pertanian kota di Rusunawa Cibesel, Swan, yang juga pemilik restoran Dapur Solo itu, sangat antusias untuk menyerap cabai yang diproduksi warga rusunawa. Ia berharap ada kesinambungan pasokan karena pengusaha membutuhkan pasokan yang rutin. Apalagi, belakangan harga cabai mudah sekali melambung tinggi.

Swan berpendapat, kebutuhan cabai dapat menjadi peluang usaha di kalangan warga rusunawa. Namun, dia mengatakan, untuk memupuk jiwa wirausaha itu tak mudah, terlebih sektor pertanian.

"Di sini, peran semua kalangan dibutuhkan untuk membantu saudara-saudara kita di rusun ini agar mereka berdaya. Sementara lahan tersedia cukup di dalam kompleks rusunawa," katanya.

Tia Fitri Hariyani dari BI DKI Jakarta mengatakan, pihak BI sedang mendorong warga rusunawa terlibat dalam pertanian kota untuk menanam hasil pertanian yang memengaruhi inflasi, seperti cabai. Saat ini, katanya, ada sekitar 10 warga Rusunawa Cibesel yang terlibat dalam pertanian kota binaan BI.

Tia mengatakan, antusiasme warga untuk bertani masih rendah karena mereka masih menghadapi masalah pemasaran. Sementara ini, hasil pertanian organik itu dijual kepada sesama warga rusunawa. "Jadi belum bisa memberikan nilai tambah pada hasil pertanian itu meskipun organik yang semestinya dapat dijual lebih mahal," katanya.

Eddy Kristianto, dokter sekaligus pengusaha sabun industri rumah tangga yang tergabung dalam Yayasan Pondok Kasih, mengatakan, jaringan pemasaran sangat dibutuhkan warga rusunawa untuk menjual produk mereka. Pemasaran sabun aroma terapi yang diproduksi bersama warga Rusunawa Cibesel sepenuhnya dibantu Eddy.

"Kebetulan saya sudah punya jalur pemasaran ke Taiwan. Jadi, semua sabun yang diproduksi warga rusunawa saya ekspor ke Taiwan serta ada juga diekspor ke Singapura dan Korea Selatan," kata Eddy.

Fitri (28), penghuni Rusunawa Cibesel, mengaku terbantu sejak bergabung dengan usaha pembuatan sabun aroma terapi yang diadakan Eddy. Dia tak hanya memperoleh upah, tetapi juga pembagian keuntungan penjualan sabun.

"Sejak produksi sabun ini masuk ke rusunawa tiga bulan ini, saya bisa memperoleh pendapatan Rp 1 juta per bulan. Apalagi produksinya hanya seminggu sekali. Lumayan untuk menghidupi keluarga karena saya orangtua tunggal," kata Fitri yang direlokasi dari Waduk Pluit, Jakarta Utara.

Kepala Rusunawa Cibesel Septalina Purba mengkritik peran serta Dinas Usaha Mikro Kecil Menengah DKI yang masih sangat minim dalam memberikan pendampingan. Selama ini, katanya, Dinas UMKM DKI hanya memberikan gerobak kepada warga rusunawa. "Gerobak itu tak akan menghasilkan apa pun tanpa ada pembinaan. Akibatnya, banyak gerobak mangkrak di rusunawa ini," katanya.

Karena itu, Septalina menggandeng pengusaha untuk membangun iklim wirausaha di rusunawa. Dia juga menggandeng pengusaha pengolah sampah untuk memproduksi pupuk. Bahan baku sampah berasal dari rusunawa hingga lingkungan di sekitarnya. Tempat pengelolaannya juga sudah ada.

No comments:

Post a Comment