Tuesday, January 24, 2017

Pasar Blok G Tanah Abang Mati Suri, ke Mana Pedagang Pergi?

Pada umumnya pasar adalah tempat yang penuh dengan aktivitas keramaian. Aksi para pedagang yang menawarkan dagangan, hingga para pembeli yang berusaha menawar harga menjadi pemandangan yang umum terlihat.

Namun, tidak demikian dengan Pasar Blok G, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Deretan kios-kios kosong malah menjadi pemandangan biasa di bangunan tiga lantai itu.
Tak hanya kios kosong, hasil pengamatan Kompas.com pada Senin (23/01/2017), menemukan beberapa toko tak berpenghuni ditempeli kertas peringatan untuk melunasi biaya sewa.
Apa sepinya aktivitas pasar karena pedagang tidak mampu membayar sewa mereka?
Salah satu pengelola Pasar Jaya Tanah Abang yang ditemuiKompas.com mencoba mengklarifikasinya. Menurut dia, pedagang tidak dipungut uang sewa tetapi hanya membayar uang retribusi atau biasa disebut BPP.
"Mereka bayar Rp 1.000 per hari," ucap pria yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Adapun uang itu, kata dia, akan digunakan untuk membayar listrik, keamanan, dan kebersihan pasar.
Nama Pasar Blok G Tanah Abang mulai dikenal publik saat Joko Widodo masih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Waktu itu, Pemprov DKI Jakarta menggunakan pasar tersebut sebagai tempat untuk merelokasi pedagang kaki lima. Mereka yang dahulu berjualan di Jalan Jati Bunder dan jalan lain di kawasan Pasar Tanah Abang di tempatkan di lantai 2 dan 3 pasar.
Namun, bukan asal memindahkan, Pemprov DKI sebelumnya sudah pula merenovasi dan melengkapi pasar Blok G dengan berbagai fasilitas.
Usai renovasi, baru pada 2 September 2013, Pasar Blok G Tanah Abang ini diresmikan langsung oleh Jokowi.
Awal-awal setelah diresmikan, pasar tersebut ramai dikunjungi pengunjung. Pedagang pun senang dengan keadaan itu.
Namun, kini keadaan tersebut berbanding terbalik.
"Tempat ini seperti mati suri," ujar Ahmad, salah satu pedagang pakaian olahraga yang masih bertahan di pasar itu, saat ditemuiKompas.com pada Senin (23/01/2017).
Ahmad yang kini menghuni salah satu kios di lantai dua menceritakan, kalau kondisi itu mulai berlangsung sejak Jokowimenjadi Presiden Republik Indonesia.
Padahal, kata dia, saat Jokowi masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, kondisi pasar masih ramai dikunjungi pembeli.
Hal itu terjadi, karena ada berbagai kegiatan hiburan untuk menarik pengunjung. Contohnya menonton film melalui layar raksasa di lantai tiga dan undian berhadiah.
"Dahulu sehari bisa jual 7 potong pakaian," ujar Ahmad.
Dengan jumlah penjualan seperti itu, Ahmad bisa mendapat omzet Rp 700.000 – Rp 1 juta per hari. Kondisi ini berbanding jauh dengan sekarang yang hanya bisa menjual 1 potong pakaian.
Bagaimana dengan fasilitasnya? Dari hasil pengamatanKompas.com, bangunan yang sudah berdiri 28 tahun lebih ini sudah dilengkapi fasilitas eskalator di tiap lantainya. 
Namun, karena sepi, sekarang hanya satu eskalator di lantai dua yang difungsikan. Adapun untuk kamar mandi kecil atau toilet ada di tiap lantainya. 
Kembali ke jalan?
Kompas.com  memperoleh informasi dari salah satu pengelola Pasar Jaya Tanah Abang yang mengatakan, para pedagang telah kembali ke jalan.
"Pedagang telah kembali jualan di Jalan Jati baru di Tanah Abang," ujar pria yang tidak mau disebutkan identitasnya itu.
Meski begitu, lanjut dia, pedagang tidak berjualan di bahu jalan, tetapi di trotoar, gang, dan rumah-rumah penduduk di sekitar Jalan Jati baru.
Menurut dia, perkampungan warga di sana pun telah berubah fungsi menjadi pasar. Bahkan, ada satu jalan yang posisi di belakang Pasar Blok F ditutup pedagang untuk menjadi lokasi jualan.
Kompas.com lalu, mendatangi kawasan tersebut dan mendapati jalan itu yang sudah dipadati pedagang kaki lima. Dari hasil penelusuran diperoleh informasi bahwa Jalan Jati Baru memang sudah dari lama dijadikan kawasan berdagang oleh penjual.
Meski begitu, tak menutup kemungkinan ada beberapa pedagang dari Blok G yang berdagang di sana. Sayang dari beberapa pedagang yang ditemui Kompas.com hanya satu orang yang mau memberikan komentar.
Dia adalah Andi. Pedagang pakaian anak-anak itu mengaku kalau dahulu pernah berjualan di Pasar Blok G. Pria berusia 45 tahun ini bahkan mengaku sudah beberapa kali direlokasi ke pasar tersebut.
"Habis bagaimana, jualan di sana pembelinya tidak ada yang naik ke atas. Cuma ada di lantai satu saja," ucap Andi.
Saat ini, Pemprov DKI Jakarta sendiri punya beberapa solusi untuk mengatasi sepinya pembeli di Pasar Tanah Abang Blok G, Jakarta Pusat.
Gubernur Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta SoniSumarsono mengatakan, pihaknya berencana membangun jembatan layang atau skybridge yang menghubungkan Stasiun Tanah Abang dan lantai tiga Blok G. Opsi ini untuk mempermudah akses ke Blok G.
Solusi lainnya yaitu membongkar lantai dasar untuk dijadikan lahan parkir. Keterbatasan lahan parkir menjadi salah satu alasan pengunjung malas mendatangi Blok G.
Opsi selanjutnya, membongkar seluruh bangunan di Blok G dan mendesain ulang bangunan tersebut menjadi tempat parkir.
Selain itu, kata Soni, ada wacana untuk menggratiskan sewa kios di Blok G Tanah Abang.

No comments:

Post a Comment