Friday, January 20, 2017

Bertemu Presiden Israel, Ini Pengakuan Istibsyaroh ke MUI

Bertemu Presiden Israel, Ini Pengakuan Istibsyaroh ke MUI

 Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mendengar keterangan dari Ketua Komisi Perempuan, Remaja, dan Keluarga MUI Istibsyaroh. Dari pengakuan tersebut, Istibsyaroh mengungkapkan tidak mengetahui akan ada pertemuan dengan Presiden Israel Reuven Rivlin. 

"Jadi kami juga baru minta pendapatnya (Istibsyaroh). Ibu Istibsyaroh tidak tahu akan ada pertemuan dengan Presiden Israel. Dia diajak ada rombongan, ada beberapa nama. Termasuk adiknya yang mengajak ke Israel," ujar Bendahara Umum MUI Prof DR Amany Lubis saat dihubungi detikcom, Jumat (20/1/2017).

Dari penjelasan Istibsyaroh kepada MUI, dirinya mengunjungi Israel untuk ke Masjid Al-Aqsa. Pihak MUI sendiri menegaskan tidak ada pembicaraan ataupun agenda soal keberangkatan Istibsyaroh ke Israel.

"Ibu Istibsyaroh berangkat secara pribadi dari Surabaya. Kunjungan ke sana untuk ke Masjid Al-Aqsa. Tidak pernah dibicarakan di MUI, tidak ada pembicaraan apa pun," terangnya. 

Dilansir dari laman Kementerian Luar Negeri Israel (www.mfa.gov.il), terpampang foto Istibsyaroh bersama beberapa orang lainnya bersama Presiden Rivlin. Istibsyaroh terlihat duduk di samping Rivlin. 

Dalam siaran pers yang berjudul President Rivlin meets Muslim leaders from Indonesia, Rivlin, dalam keterangan lewat juru bicara presiden, menerima dengan baik delegasi dari Indonesia. Kepada Istibsyaroh dan delegasi, ia mengatakan demokrasi di Israel bukan hanya untuk Yahudi, tapi untuk semua orang. 

"Kami tidak punya perang dengan Islam. Sayangnya, ada orang yang menolak ide Negara Israel itu sendiri, seperti Iran, Hizbullah, Hamas, secara keras dan jelas bahwa tak ada jalan untuk mengakui Israel, dari kacamata Pan-Islamisme," tutur Rivlin.

Menurut Rivlin, pihaknya tak berperang melawan Islam. Hanya saja, ada beberapa orang yang menolak gagasan Negara Israel dan tak mengakui mereka. 

Istibsyaroh mengaku merasa terhormat bisa berada di Israel, "Indonesia terdiri atas 17 ribu pulau, terbang dari satu sisi ke sisi lain memakan waktu 10 jam. Meskipun ada beragam agama dan budaya yang berbeda, mereka dapat tinggal sebagai satu warga, warga negara Indonesia," urai Istibsyaroh. 
(nkn/erd)

No comments:

Post a Comment