Saturday, August 2, 2014

Mereka Terpaksa Jadi "Kuntilanak" di Monas

Selain PKL, Badut di Monas Juga Ditertibkan Satpol PP

JAKARTA, KOMPAS.com — Jika sering mengunjungi Monumen Nasional (Monas), maka Anda tak akan heran lagi jika melihat hal-hal unik, salah satunya adalah sejumlah orang yang berdandan menyerupai hantu kuntilanak dan pocong.

Dengan dandanan menyerupai kuntilanak, mereka kerap berdiri di sekitar halaman Monas sejak pukul 09.00 hingga pukul 21.00 WIB setiap hari, terutama pada hari libur dan akhir pekan.

Berbusana serba putih mengenakan lipstik warna merah, bedak warna putih di wajah, dilengkapi wig warna hitam, mereka beraksi berpura-pura menjadi hantu.

Malam itu, Tribunnews.com mencoba mendekat dan mengajak salah satu "kuntilanak" mengobrol. Dia terlihat malu-malu.

Siti Suketi (26), begitu dia menyebutkan namanya. Perempuan asal Kuningan, Jawa Barat, itu mengaku baru dua minggu menggeleguti aksi unik ini. Sebelum tampil, dia akan berganti kostum ala kuntilanak di pojokan, tepatnya di bawah pohon sekitar Monas.

Selama seharian, dia pun akan diperebutkan oleh pengunjung yang ingin berfoto bersama secara bergantian. Tak jarang, banyak anak kecil menangis saat diajak berfoto oleh orangtua bersama dengannya. Namun, ada beberapa anak memberanikan diri ingin mengabadikan momen unik ini. Dengan ekspresi menyeramkan, Siti seolah menunjukkan adegan mencekik sang anak.

Beberapa saat kemudian ada juga sepasang muda-mudi bergiliran ikut berfoto. Siti meladeni dengan suasana akrab dan saling bercanda. 

Di depan tempat Siti berdiri, ada sebuah kotak kecil yang bertulisan "boleh foto dengan kuntilanak". Pengunjung yang usai berfoto memberikan sejumlah rupiah di kotak tersebut.

Namun demikian, Siti juga sempat mengungkapkan perasaannya saat ditanya apakah ada pengalaman yang unik, misalnya ada pasangan yang cemburu bila seorang pria berfoto dengannya.

"Enggak tau dah, bodoh amat sih, masa cemburu sama setan," ucap Siti di Jakarta, Jumat (1/8/2014).

Sebelum menjalani aksi unik tersebut, Siti bekerja menjual gorengan di pelataran halaman Monas. Lantaran kerap terlibat kejar-kejaran dengan Satpol PP, dia nekat beralih profesi menjadi kuntilanak.

"Tadinya saya jualan gorengan di (Monas) sini, tapi berjualan di sini kejar-kejaran sama Satpol PP terus, makanya saya bingung, makanya saya nekat kerja beginian," ujar Siti.

JAKARTA, KOMPAS.com - Petugas satuan polisi pamong praja DKI Jakarta turut menertibkan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dalam operasi penertiban yang dilakukan di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu (2/8/2014). Badut-badut yang mengamen di area itu juga ditertibkan.
Pantauan Kompas.com, badut-badut tersebut dijaring petugas satpol PP ketika mereka tengah mengamen. Mobil petugas satpol PP dan Dinas Sosial DKI menghampiri dan menangkap 10 badut. Para pemeran badut tersebut tidak berkutik ketika petugas satpol PP meminta mereka melepaskan kostum mereka. Petugas satpol PP menyita pakaian badut ke dalam truk. Adapun pemeran badut dibawa ke dalam mobil Dinas Sosial DKI.
"Ini ada 10 badut yang sudah kita amankan, sisanya PMKS. Semua kita jaring dari sekeliling Monas pas lagi ngamen-ngamen," ujar salah seorang petugas satpol PP.
Seorang pemuda yang berperan sebagai badut dan dibawa petugas tidak mau berkomentar ketika wartawan menanyainya. Ia mengaku hanya bekerja kepada pemilik kostum badut. "Enggak tahu, saya cuma disuruh bos saya di Cempaka Putih," ujar pemuda tersebut.
Penertiban di Monas dilakukan oleh 500-an petugas gabungan satpol PP, Garnisun TNI, dan Polri. Penertiban dilakukan dengan menyisir kawasan sekeliling dan di dalam kompleks Monas. Tidak ada perlawanan dari pedagang yang tertangkap basah menyembunyikan barang dagangan mereka. Setelah ditemukan, barang-barang PKL ini dimuat dalam truk satpol PP.
Kepala Satpol PP DKI Jakarta Kukuh Hadi Santoso mengatakan, perlengkapan PKL yang diamankan tersebut akan disita. Ini dimaksudkan untuk memberikan efek jera bagi PKL yang tidak diperkenankan berdagang di kawasan Monas.
"Barang-barang ini nantinya akan kita bawa ke gudang Cakung. Kita angkut barang-barang mereka supaya tidak lagi jualan di kawasan Monas," ujar Kukuh.

No comments:

Post a Comment