Wednesday, May 7, 2014

SBY Ingin Menjaga Hati Megawati

Jakarta - Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra yang juga menjadi calon presiden, Prabowo Subianto, mengaku menunggu sikap politik dari Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Dukungan SBY bagi Prabowo dinilai sangat penting. 

Posisi SBY dalam percaturan politik nasional dianggap mempunyai pengaruh yang besar. Perolehan suara Partai Demokrat pada pemilu legislatif 2014 yang sekitar 9,70 persen membuat peran SBY di ajang pemilu presiden nanti cukup menentukan.

"Dukungan SBY untuk Prabowo tentu cukup penting karena mungkin akan ikut mendorong partai politik lain untuk ikut koalisi dengan Prabowo," kata pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsuddin Haris kepada detikcom, Rabu (7/5/2014).

SBY dan Prabowo yang sama-sama berasal dari kalangan militer dalam beberapa kesempatan sebelum ajang pemilu legislatif 2014 juga telah bertemu. Setelah Pileg 9 April lalu dan hasil penghitungan cepat perolehan suara parpol diketahui, kedua tokoh itu juga santer disebut-sebut bakal bertemu.

Syamsuddin, yang menjadi peneliti senior pada Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI ini mencermati ketidakhamonisan hubungan SBY dengan Ketum PDIP Megawati selama ini membuat SBY mesti hati-hati dalam bersikap. 

Menurut Syamsuddin, SBY tidak ingin membuat Megawati "sakit hati" lagi seperti ketika ia mengalahkan Megawati pada pemilu 2004 dan 2009. Di pemilu 2014 ini, Mega sangat-sangat mengharapkan capres yang diusung partainya, Joko Widodo, dapat merebut kursi presiden yang selama dua periode diduduki oleh SBY.

"Saya berpendapat SBY tidak akan mendukung Prabowo secara publik karena SBY ingin menjaga hati Megawati," ujar Syamsuddin dalam pengamatannya

dapun pengamat politik Center for Strategic and International Studies (CSIS) Philips Jusario Vermonte mengatakan kalau Ketum Demokrat SBY berani membuat poros baru maka bisa memunculkan kandidat capres dari kalangan muda hasil konvensi sebagai alternatif dari pilihan yang ada saat ini.

Pembentukan poros baru tersebut tentunya membawa dampak cukup besar bagi Megawati dan Jokowi dalam peta pertarungan di Pilpres. 

Namun, Philips meneruskan, kalau SBY berpikir pragmatis yaitu memilih berkoalisi dengan partai besar -- Gerindra misalnya-- yang sudah memiliki capres, maka pasangan capres-cawapres yang ada hanya dua, yaitu dari kubu PDIP dan kubu Gerindra. 

No comments:

Post a Comment