Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat memiliki prinsip untuk membuka keran komunikasi seluas mungkin dengan jajaran pegawai negeri sipil (PNS) DKI. Tujuannya adalah agar visi kepala daerah juga bisa dipahami oleh bawahannya sebagai pelaksana.
"Ini kami lakukan, bertemu sama mereka. Kami kumpulkan mereka yang di bawah asisten pemerintahan misalnya atau di bagian kesra (kesejahteraan rakyat). Jadi diajak ngobrol," ujar Djarot di kawasan Pramuka, Jakarta Timur, Kamis (9/6/2016).
Hal itu juga dia lakukan sewaktu masih menjabat sebagai Wali Kota Blitar, Jawa Timur. Djarot mengumpulkan birokrat di rumah dinasnya untuk mendengar keluh kesah mereka.
Di Jakarta, kata Djarot, komunikasi semacam itu juga dilakukan dengan para mantan pejabat DKI yang sudah distafkan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Termasuk juga mereka yang di-grounded. Kami kumpul ngobrol gitu kan. Sekalian memotivasi dan mengingatkan apa yang masih bisa mereka sumbangkan," kata Djarot.
Djarot mengatakan, pertemuannya dengan mereka pasti tertutup. Untuk orang yang sudah "dihukum", kata Djarot, butuh ruang tertutup untuk menceritakan unek-uneknya. Djarot memilih mendengarkan itu semua.
"Mereka sudah bisa menerima kok sebagian besar. Meskipun kecewa tapi itu wajar. Sakit hati juga hanya diawal. Tapi yang penting kan harus 'di-wongke' (dimanusiakan)," kata Djarot.
Ia mengatakan, dengan menempatkan mereka di Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat) merupakan salah satu cara untuk menghargai para PNS yang distafkan. Di sana mereka bisa menjadi mentor, berbagi pengalamannya kepada PNS lainnya, sekaligus mengajarkan ilmu birokrasi yang mereka dapat selama menjadi pejabat.
No comments:
Post a Comment