Saturday, June 25, 2016

Jalan Inspeksi Mookervaart Itu Mengubah Kehidupan Warga



Sebelum ada jalan inspeksi Kali Mookervaart, pintu rumah Sukadi (61) menghadap ke gang sempit selebar 1,5 meter saja. Kini, begitu pintu dibuka, terhampar jalan selebar 6 meter.

"Ini mobil juga saya beli setelah ada jalan inspeksi ini. Kalau mau pakai mobil, kami sewa sopir karena anak saya belum berani membawanya," kata Sukadi sambil menunjukkan sebuah mobil sedan yang diparkir di garasi rumahnya.

Keberadaan jalan inspeksi itu memang mengubah wajah sejumlah lokasi, antara lain Kampung Pangkalan di RT 008 RW 002 Kelurahan Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, yang juga tempat tinggal Sukadi.

Jalan inspeksi tidak sekadar jalan bagi petugas untuk memantau kondisi sungai. Bagi warga, jalan inspeksi membuat rumah mereka tak lagi di gang sempit, tetapi di jalan yang bisa dilalui dua mobil.

Dampak ekonomi mengikuti perubahan arah hadap rumah pula. "Dulu, harga kamar kos di tempat saya Rp 250.000-Rp 350.000 per bulan. Sekarang sampai Rp 500.000, bahkan Rp 800.000 per bulan untuk rumah petak dengan dua kamar," kata Sukadi, yang juga Ketua RT 008 RW 002 Semanan.

Minto (60), pedagang bakso di kawasan itu, juga merasakan keuntungan jalan inspeksi. Dia tidak lagi berkeliling menjajakan bakso. Gerobaknya kini diletakkan di depan rumah, di tepi jalan inspeksi. Bagian dalam rumah dijadikan tempat duduk bagi pembeli bakso.

Sebagai salah satu jalan pelintasan yang cukup ramai, penjualan bakso Minto kini ikut berlipat sampai dua kali dibandingkan sebelumnya.

Perubahan arah hadap rumah ke sungai juga menumbuhkan kesadaran warga untuk tidak membuang sampah di sungai juga semakin tinggi.

"Enggak enak lihat sungai kotor. Jadi, warga juga berusaha enggak buang sampah di sungai," ucap Sanikem (50), warga RT 008 RW 002 Semanan.

Memotong bangunan

Sebelum merasakan beragam keuntungan, warga yang bermukim di tepi Mookervaart harus menghadapi kenyataan pahit pertengahan tahun lalu. Luas rumah mereka harus dipotong untuk dijadikan jalan. Pemilik hanya mendapatkan Rp 1 juta dari pemerintah. "Padahal, biaya renovasi rumah ini sampai Rp 50 juta. Namun, ya tidak apa-apa karena demi kebaikan kami juga," kata Sukadi.

Dia mengatakan, selama proses pembebasan lahan untuk jalan inspeksi, tidak ada kendala dari warga setempat. Warga sadar bahwa mereka akan mendapatkan manfaat setelah jalan inspeksi ini terbangun.

Sayangnya, tidak semua jalan inspeksi yang sudah terbangun itu dilengkapi tali air untuk mengalirkan air hujan ke Mookervaart. Akibatnya, air hujan melimpas ke rumah warga.

Selain itu, lebar jalan inspeksi yang sudah dibangun tidak seragam. Ada yang lebarnya mencapai 10 meter, ada yang hanya sekitar 6 meter.

Di sejumlah titik, jalan inspeksi ini berhenti di lokasi penampungan sampah milik warga. Setelah itu, kendaraan yang melintas diarahkan ke jalan lama yang membelah permukiman warga. Kondisi ini seperti terlihat di ujung jalan inspeksi yang melintasi rumah Sukadi.

Terlepas dari masalah itu, harapan akan adanya jalan inspeksi muncul di lokasi lain. Asep Zaenal Abidin (42), Ketua RW 005 Kelurahan Semanan, Kalideres, mengatakan, warga siap bila tanah mereka harus berkurang karena jalan inspeksi.

"Sampai sekarang, pembangunan jalan inspeksi masih putus-putus. Di wilayah Semanan, jalan inspeksi baru sampai di RW 002," kata Asep.

Menurut Asep, jalan inspeksi bisa mengurangi beban lalu lintas Jalan Daan Mogot. Saat ini kemacetan kerap mendera Jalan Daan Mogot yang merupakan jalan reguler utama penghubung Jakarta dan Kota Tangerang.

Di sisi lain, terbuka juga kemungkinan terjadi kerawanan sosial, seperti pencurian kendaraan bermotor milik warga saat jalan inspeksi sudah terbangun.

Di lapangan, tepian Sungai Mookervaart di wilayah Jakarta masih banyak dijadikan bangunan rumah warga yang berjajar rapat hingga tanggul sungai.

Di RT 009 RW 002 Kelurahan Rawa Buaya, Cengkareng, misalnya, masih ada rumah yang berdiri di tepi sungai. Rumah pompa, yakni Pompa Bojong, berdiri di tepi Sungai Mookervaart. Sementara jalan yang ada di RT ini masih jalan lama yang membelah permukiman warga.

Sujari (43), Ketua RT 009 RW 002 Rawa Buaya, mengatakan, pemilik bangunan di tepi Sungai Mookervaart mempunyai sertifikat tanah. Oleh karena itu, pembebasan lahan belum bisa dilakukan sebelum ada lahan pengganti. "Di lokasi ini ada sekitar enam sertifikat dengan panjang sekitar 120 meter," ucapnya.

Batas ruang

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Teuku Iskandar mengatakan, revitalisasi sungai-sungai yang melintasi Jakarta memiliki tiga target, yakni peningkatan kapasitas tampung sungai, penataan kawasan, serta penambahan rasio jalan. "Pembangunan jalan inspeksi dimaksudkan untuk menambah rasio jalan, selain juga membuat batas tegas antara ruang sungai dan bukan ruang sungai," ujarnya.

Dalam konteks penataan sungai, batas tegas ruang sungai ini membuat okupasi badan sungai bisa dicegah. Iskandar mengatakan, pembangunan jalan inspeksi akan dilakukan bertahap. Selain dilakukan BBWSCC, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga membangun jalan inspeksi di sejumlah tempat.

(Windoro Adi Tamtomo)

No comments:

Post a Comment