Sunday, September 4, 2016

Ketua DPP PDI-P Sebut Djarot Antitesis Ahok yang Saling Melengkapi

Ketua DPD PDI-Perjuangan Hendrawan Supratikno mengungkapkan pendapatnya mengenai pencalonan kembali Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat.
Menurut dia, Djarot merupakan sosok yang memiliki sifat berseberangan dengan Basuki atau Ahok. Namun, justru itulah yang membuat keduanya menjadi pasangan yang ideal.
"Begini, pasangan yang ideal adalah yang satu tesa, satu lagi antitesisnya," ujar Hendrawan dalam diskusi umum bertema "Kerja Nyata untuk DKI Jakarta" di Eightyeight Kasablanka, Sabtu (3/9/2016).
Dia mengatakan Ahok merupakan sosok yang meledak-ledak dan terbuka. Ahok juga memiliki spontanitas tinggi. Sifatnya yang seperti itu seringkali disalahpahami.
Hendrawan berpendapat pengagum Ahok kebanyakan berusia 30 tahun ke bawah. Sebab, banyak generasi muda yang muak dengan politisi santun namun korupsi.
Sifat Ahok yang blak-blakan namun dipercaya jujur dinilai figur baru yang didambakan. "Tapi Pak Djarot ini antitesisnya. Dia lebih banyak mendengar, kalem," ujar Hendrawan.
Menurut dia, Djarot lebih banyak mendapat simpati dari warga Jakarta yang sudah memasuki usia 30 tahun ke atas. Sebab, mereka dinilai lebih senang mendengarkan Djarot yang tidak bersuara terlalu "kencang".
"Nah kalau keduanya dikombinasikan itu sama dengan pedal dan rem. Kapan kita gunakan pedal dan kapan gunakan rem," ujar Hendrawan.
Sampai saat ini, PDI-Perjuangan belum menentukan siapa yang akan mereka usung dalam Pilkada DKI 2017. Hendrawan meminta semua pihak untuk menunggu keputusan final soal itu.
Sebelum keputusan dideklarasikan, Hendrawan pun merasa tidak masalah mengungkapkan pendapatnya mengenai cocoknya Ahok dan Djarot.
PDI-P merupakan partai yang bisa mengusung cagub dan cawagub sendiri tanpa koalisi dalam Pilkada DKI 2017.
Mereka memiliki jumlah kursi sebanyak 28 di DPRD DKI Jakarta. Adapun, syarat minimal untuk bisa mencalonkan cagub dan cawagub dalam Pilkada DKI 2017 adalah 22 kursi.

No comments:

Post a Comment