Ini Penampakan Pengerjaan Tanggul Penahan Banjir Rob di Muara Baru

Kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman di Muara Baru, Jakarta Utara, terendam banjir rob akibat air pasang dan tanggul jebol. Saat ini tanggul jebol itu diperbaiki. 

Pantuan detikcom di pelabuhan Nizam Zachman, Rabu (8/6/2016), sebuah beko sedang bekerja mengambil gundukan tanah dan meletakkannya di pinggir pantai. Beko ini terletak di sebelah timur pelabuhan. Tanah yang diletakkan di pinggir pantai kemudian diratakan sepanjang 20 meter.

Kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman di Muara Baru, Jakarta Utara, terendam banjir rob akibat air pasang dan tanggul jebol. Saat ini tanggul jebol itu diperbaiki.

Tanah yang diratakan dengan menggunakan beko setinggi 2 meter. Terlihat seorang mandor mengawasi pengerjaan penimbunan itu. 
Tanggul jebol itu telah ditutup sementara dengan tanah sehingga air laut tidak lagi masuk. Meski demikian sekitar tanggul masih becek.

Pekerja yang berada di pelabuhan Nizam Zachman menolak diwawancarai soal perkembangan penutupan tanggul jebol ini. "Saya tidak bisa berkomentar, Mas," kata pekerja itu yang menolak disebutkan namanya.

Kapolsek Muara Baru AKP Mulyana mengatakan penyebab banjir rob akibat terjadinya cuaca ekstrim. "Oleh otoritas telah dilakukan penutupan namun belum optimal. Semalam air masuk kembali," ujarnya.

Sementara itu, efek tanggul jebol di Muara Baru masih terlihat. Banjir rob dengan tinggi sebetis orang dewasa masih terlihat di depan Polsek Muara Baru. Terlihat kendaraan roda dua yang sedang mogok setelah mencoba menerobos banjir rob. Aktivitas warga juga terganggu.

Pelabuhan Nizam Zachman merupakan salah satu pelabuhan terpenting di Jakarta Utara tempat aktivitas jual beli hasil perikanan dan juga terdapat pasar tradisional. Jika terjadi rob, pasar Muara Baru akan tergenang air setinggi mata kaki hingga betis orang dewasa.

Perbaikan tanggul jebol

BMKG menyatakan, banjir rob di pantai utara Jakarta sejak akhir pekan lalu diakibatkan oleh pengaruh astronomi terjadinya bumi, bulan dan matahari berada dalam satu garis lurus (spring tide) yang mengakibatkan naiknya tinggi muka laut. Ini merupakan siklus bulanan yang normal. Namun karena bersamaan dengan terjadinya anomali positif tinggi muka air laut di wilayah Indonesia sebesar 15-20 cm, maka kondisi ini memberikan dampak kerugian materi. Kondisi ini diperkirakan akan terjadi hingga dua hari ke depan.