Tuesday, June 14, 2016

Disubsidi Rp 30.000, Kini Warga Perbatasan Bisa Beli Solar Rp 5.150 Per Liter

Setelah 70 tahun Indonesia merdeka, warga di lima kecamatan wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, akhirnya bisa menikmati solar bersubsidi.
Selama ini mereka bergantung kepada Malaysia untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak.
Kini, setiap hari PT Pertamina Tarakan menyuplai 3 hingga 4 ton bahan bakar bersubsidi ke wilayah yang hanya bisa dijangkau melalui pesawat tersebut.
Kepala Bidang Migas Dinas Petambangan dan Energi Kabupaten Nunukan Elirat mengatakan, BBM bersubsidi yang dikirim ke Kecamatan Krayan berupa solar karena kebanyakn mobil warga yang didatangkan dari Malaysia berjenis diesel.
"Kendaraan warga sana memang mayoritas menggunakan solar," ujarnya, Senin (13/06/2016).
Untuk pengiriman solar bersubsidi ke wilayah perbatasan, Pertamina menggunakan pesawat milik Susi Air. Pesawat ini khusus untuk mengangkut bahan bakar.
Dengan adanya solar bersubsidi, warga di lima Kecamatan Krayan bisa membeli solar bersubsidi seharga Rp 5.150 per liter.
"Yang mahal memang ongkos angkutnya. Subsidi ongkos angkutnya Rp 30.000 per liter," kata Elirat.
Sebelumnya, warga di wilayah perbatasan Kecamatan Krayan sepenuhnya tergantung pada pasokan BBM dari Malaysia. Biasanya warga membeli solar dengan harga normal Rp 15.000 per liter.
Jika terjadi kelangkaan solar karena pemerintah Malaysia memperketat pasokan BBM ke wilayah perbatasan, maka satu liter solar bisa mencapai harga Rp 25.000 hingga Rp 50.000.
"Warga seperti mimpi ada BBM bersubsidi. Tujuh puluh tahun Indonesia merdeka kita belum menikmati BBM bersubsidi," ujar Aprem, Ketua Komisi I DPRD Nunukan asal Krayan.
Lima kecamatan di wilayah perbatasan, yaitu Krayan Induk, Krayan Selatan, Krayan Tengah, Krayan Timur, dan Krayan Barat, akan mendapat kuota 70 kiloliter solar bersubsidi setiap bulan.
Adapun untuk BBM jenis premium, Pertamina masih menunggu permintaan warga.
"Berkat BBM bersubsidi menjangkau wilayah perbatasan, sekarang PLN di sana juga bisa beroperasi 24 jam, biasanya 6 hingga 12 jam," kata Elirat.
Pertamina masih mengupayakan kerja sama dengan Petronas untuk menyuplai kebutuhan BBM bersubsidi ke Krayan. Pertamina masih menunggu Petronas mendapat izin dari Pemerintah Malaysia untuk melakukan ekspor BBM ke wilayah tersebut.
Dengan mendatangkan dari Malaysia, pemerintah mampu menghemat ongkos subsidi ongkos angkut BBM.
"Kalau kita persiapannya sudah siap semua perizinan segala macam. Yang kita tunggu izin ekpor Petronas dari Pemerintah Malaysia," kata Elirat.

No comments:

Post a Comment