Sunday, June 12, 2016

3 Poros Pilgub DKI: Pro Ahok, Anti Ahok dan PDIP

Peta politik menjelang Pilgub DKI semakin dinamis. Kini mulai terbaca ada tiga poros politik yang mengarah Pilgub DKI.

Tiga poros politik itu adalah para pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), poros kedua adalah parpol-parpol yang punya prinsip 'asal bukan Ahok', dan poros ketiga adalah PDIP yang nyaris 'putus cinta' dengan Ahok. Tiga poros politik ini jadi pembicaraan hangat di kalangan petinggi parpol yang sedang menentukan arah koalisi di Pilgub DKI 2017 mendatang.

Yang aktif bergerak di poros pertama antara lain Teman Ahok yang telah mengumpulkan sekitar 1 juta KTP dukungan untuk Ahok-Heru Budi Hartono. Masuk juga di dalamnya dua parpol yang telah menyatakan dukungan tanpa syarat ke Ahok yakni NasDem dan Hanura. Poros pertama ini bakal makin kuat karena dalam beberapa hari ini Golkar juga akan menyatakan mendukung Ahok. 

Masuknya Golkar dalam parpol pendukung Ahok ini akan memantik dilema di kalangan pro Ahok. Karena di tengah rumitnya proses verifikasi yang diamanatkan UU Pilkada yang baru, dengan masuknya Golkar maka suara parpol pendukung Ahok yakni NasDem, Hanura, dan Golkar sudah memenuhi syarat untuk mengusung cagub incumbent itu. 

Sementara itu poros kedua dimotori Gerindra dan PKS yang tengah serius menyiapkan calon kuat penantang Ahok. Kedua parpol ini sudah dipastikan tidak akan mendukung Ahok, nama Sjafrie Sjamsoeddin disebut-sebut bakal diusung jadi penantang Ahok. PAN yang memastikan tak akan mendukung calon independen juga telah menjalin komunikasi dengan Gerindra dan PKS, juga dengan PDIP.

Kekuatan terakhir yang kini terus bermanuver mempersiapkan cagub DKI terbaik adalah PDIP. PDIP banyak dihitung sebagai kekuatan sendiri karena punya cukup kursi di DPRD DKI yakni 28 kursi, untuk mengusung cagub dan cawagub DKI sendiri.

Sebenarnya awalnya PDIP jadi salah satu parpol yang hampir pasti mengusung Ahok di Pilgub DKI. Namun keputusan Ahok maju lewat jalur independen membuat PDIP kecewa. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto telah menegaskan parpolnya tak akan mengusung calon yang maju lewat jalur independen, bersamaan dengan itu PDIP mulai menjalin komunikasi dengan Gerindra, PKS, PAN, PKB, untuk mempersiapkan cagub DKI terbaik. Perjuangan PDIP ini juga dipicu santernya isu deparpolisasi yang mengiring majunya Ahok lewat jalur independen.

PDIP saat ini tengah mencari cagub DKI terbaik yang bisa berkompetisi dengan Ahok. Kabarnya PDIP akan mengambil kepala daerah yang sukses untuk diusung di Pilgub DKI, nama yang santer beredar adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Meski Risma telah menolak maju Pilgub DKI, namun isu Risma bakal diusung PDIP cukup menghangatkan dinamika jelang Pilgub.

Yang menarik, meskipun Ahok dan PDIP nyaris 'putus cinta', keduanya sebenarnya ada hubungan yang misterius. Beberapa hari lalu bahkan Ahok dan Djarot Saiful Hidayat menemui Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Ahok dan Djarot juga saling memberi sinyal ingin 'rujuk' . Kini meski Ahok menyatakan mantap di jalur independen, sejumlah elite PDIP masih membuka pintu dengan menyebut keduanya sebagai duet yang sudah teruji.

Begitu kira-kira tiga poros kekuatan menjelang Pilgub DKI, meski demikian banyak yang memprediksi ada hal menarik di last minutes jelang pendaftaran cagub DKI setelah lebaran nanti, termasuk kemungkinan Ahok maju lewat dukungan parpol, juga bergabungnya PDIP di barisan pro Ahok. 

Isu ini seolah sudah terdengar dan menghebohkan Teman Ahok. Jelas sekali terlihat dari pernyataan penegasan dari anggota Teman Ahok I Gusti Putu Artha. Mantan komisioner KPU ini menuturkan Teman Ahok siap membuang dukungan kalau Ahok berbelok arah.

"Bahkan sudah ada di grup WhatsApp saya kalau sampai Ahok maju dari parpol kita mau buang dukungan yang sudah dikumpulkan," kata Putu di Warung Daun, Jakarta Pusat, Sabtu (11/6/2016).

Dinamika menjelang Pilgub DKI pun bakal semakin ramai dan penuh kejutan.

No comments:

Post a Comment