Foto: Ari Saputra
Jakarta -Menghadapi tekanan inflasi menjelang Hari Raya Idul Fitri, perkembangan kenaikan harga-harga di DKI Jakarta pada Juli 2016 tetap terkendali. Hal ini ditunjukkan oleh inflasi bulan Juli yang hanya sebesar 0,64% (mtm), jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi bulan Idul Fitri dalam lima tahun terakhir, yaitu 1,01% (mtm).
Dengan perkembangan ini laju inflasi sejak awal tahun 2016 baru mencapai 1,41% (ytd), yang juga lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun sebelumnya (3,04% ytd). Terkendalinya inflasi DKI Jakarta juga tercermin pada pencapaian yang lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 0,69% (ytd).
"Rendahnya tekanan inflasi yang terjadi hampir di seluruh kelompok komoditas ini terkait dengan semakin efektifnya program-program pengendalian inflasi dari pemerintah terutama pangan, menurunnya harga energi sejak awal tahun dan masih terbatasnya tekanan dari sisi permintaan masyarakat," Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Doni P. Joewono dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/8/2016).
Inflasi kelompok bahan pangan yang bergejolak (volatile food) yang kerap meningkat pada bulan Idul Fitri, saat ini menunjukkan pergerakan yang stabil. Komoditas beras yang kerap mengalami kenaikan harga pada Idul Fitri, bergerak relatif stabil dan hanya mengalami inflasi sebesar 0,08% (mtm). Hal serupa juga terjadi pada komoditas daging ayam ras dan daging sapi yang hanya mengalami inflasi masing-masing sebesar 1,11% (mtm) dan 1,06% (mtm).
Sementara di tahun sebelumnya, kedua komoditas daging ini masing-masing mengalami inflasi sebesar 7,44% dan 5,10%. Secara keseluruhan, pencapaian inflasi bahan makanan pada Juli 2016 sebesar 1,36% (mtm), lebih terkendali dibandingkan dengan inflasinya pada bulan Idul Fitri dalam 5 tahun terakhir, yang mencapai rata-rata 1,86% (mtm).
Pelaksanaan program TPID Provinsi DKI Jakarta melalui berbagai strategi manajemen stok, operasi pasar, pasar murah, bazar dan subsidi pangan secara masif bagi beberapa lapisan masyarakat, mampu mengendalikan gejolak pangan. Keterlibatan BUMD pangan, jajaran SKPD di Provinsi DKI Jakarta, instansi pemerintah dan swasta lainnya, fungsi koordinasi yang baik serta panjangnya durasi waktu untuk kegiatan operasi pasar dan pasar murah pada tahun ini, turut memberikan dampak positif terhadap pengendalian inflasi.
Sejalan dengan kelompok volatile foods, kelompok administered prices juga mengalami pergerakan yang stabil. Tingkat permintaan jasa transportasi pada masa libur Idul Fitri, terutama pada moda angkutan udara dan antarkota tercatat relatif lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Angkutan udara yang kerap mengalami inflasi tinggi pada Hari Raya Idul Fitri, hanya mengalami inflasi sebesar 4,08%.
Adanya pembangunan infrastruktur jalan tol seperti Tol Cipali menyebabkan alternatif moda transportasi dan ketersediaan jalur transportasi darat menjadi semakin variatif. Perkembangan harga ini membawa kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,71% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata bulan Idul Fitri dalam 5 tahun terakhir (1,52% mtm).
Inflasi yang rendah dan stabil juga didukung oleh stabilnya perkembangan harga komoditas pada kelompok inti. Kenaikan harga komoditas kelompok sandang yang rendah merupakan pendorong utama stabilnya kelompok ini. Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,61% (mtm), lebih rendah dibandingkan rata-rata bulan Idul Fitri pada 5 tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,46% (mtm).
Inflasi sandang yang stabil disebabkan oleh rendahnya tingkat permintaan masyarakat pada kelompok ini. Berbagai macam komoditas sandang untuk keperluan Idul Fitri seperti baju muslim, mukena dan lainnya juga tercatat mengalami inflasi yang rendah. Adapun komoditas sandang yang tercatat mengalami inflasi cukup tinggi adalah adalah emas perhiasan dan seragam sekolah anak yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 1,86% (mtm) dan 4,13% (mtm). Perkembangan ini terkait dengan peningkatan harga emas dunia dan masuknya tahun ajaran baru sekolah.
Memerhatikan pola pergerakan harga-harga di pasar, dan rencana kebijakan pemerintah di bidang harga, tekanan inflasi pada Agustus 2016 diprakirakan akan tetap terkendali. Berkurangnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan dan jasa transportasi seiring berakhirnya perayaan Hari Raya Idul Fitri dan libur anak sekolah, serta tiadanya libur panjang akan menyebabkan tekanan inflasi yang rendah. Selain itu, kebijakan pemerintah dalam menurunkan tarif listrik pada 12 golongan non-subsidi per 1 Agustus 2016 juga akan turut menahan laju inflasi.
"Penguatan koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI melalui TPID sangat diperlukan untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi tahun 2016. Pengamanan stok pangan DKI melalui penguatan peran BUMD dan kerja sama antar daerah perlu terus diupayakan. Diperlukan komitmen kuat untuk mengimplementasi Roadmap Program Pengendalian Inflasi yang telah disusun oleh TPID DKI Jakarta agar inflasi yang rendah dan stabil serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," tutupnya.
Dengan perkembangan ini laju inflasi sejak awal tahun 2016 baru mencapai 1,41% (ytd), yang juga lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun sebelumnya (3,04% ytd). Terkendalinya inflasi DKI Jakarta juga tercermin pada pencapaian yang lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 0,69% (ytd).
"Rendahnya tekanan inflasi yang terjadi hampir di seluruh kelompok komoditas ini terkait dengan semakin efektifnya program-program pengendalian inflasi dari pemerintah terutama pangan, menurunnya harga energi sejak awal tahun dan masih terbatasnya tekanan dari sisi permintaan masyarakat," Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Doni P. Joewono dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/8/2016).
Inflasi kelompok bahan pangan yang bergejolak (volatile food) yang kerap meningkat pada bulan Idul Fitri, saat ini menunjukkan pergerakan yang stabil. Komoditas beras yang kerap mengalami kenaikan harga pada Idul Fitri, bergerak relatif stabil dan hanya mengalami inflasi sebesar 0,08% (mtm). Hal serupa juga terjadi pada komoditas daging ayam ras dan daging sapi yang hanya mengalami inflasi masing-masing sebesar 1,11% (mtm) dan 1,06% (mtm).
Sementara di tahun sebelumnya, kedua komoditas daging ini masing-masing mengalami inflasi sebesar 7,44% dan 5,10%. Secara keseluruhan, pencapaian inflasi bahan makanan pada Juli 2016 sebesar 1,36% (mtm), lebih terkendali dibandingkan dengan inflasinya pada bulan Idul Fitri dalam 5 tahun terakhir, yang mencapai rata-rata 1,86% (mtm).
Pelaksanaan program TPID Provinsi DKI Jakarta melalui berbagai strategi manajemen stok, operasi pasar, pasar murah, bazar dan subsidi pangan secara masif bagi beberapa lapisan masyarakat, mampu mengendalikan gejolak pangan. Keterlibatan BUMD pangan, jajaran SKPD di Provinsi DKI Jakarta, instansi pemerintah dan swasta lainnya, fungsi koordinasi yang baik serta panjangnya durasi waktu untuk kegiatan operasi pasar dan pasar murah pada tahun ini, turut memberikan dampak positif terhadap pengendalian inflasi.
Sejalan dengan kelompok volatile foods, kelompok administered prices juga mengalami pergerakan yang stabil. Tingkat permintaan jasa transportasi pada masa libur Idul Fitri, terutama pada moda angkutan udara dan antarkota tercatat relatif lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Angkutan udara yang kerap mengalami inflasi tinggi pada Hari Raya Idul Fitri, hanya mengalami inflasi sebesar 4,08%.
Adanya pembangunan infrastruktur jalan tol seperti Tol Cipali menyebabkan alternatif moda transportasi dan ketersediaan jalur transportasi darat menjadi semakin variatif. Perkembangan harga ini membawa kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,71% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata bulan Idul Fitri dalam 5 tahun terakhir (1,52% mtm).
Inflasi yang rendah dan stabil juga didukung oleh stabilnya perkembangan harga komoditas pada kelompok inti. Kenaikan harga komoditas kelompok sandang yang rendah merupakan pendorong utama stabilnya kelompok ini. Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,61% (mtm), lebih rendah dibandingkan rata-rata bulan Idul Fitri pada 5 tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,46% (mtm).
Inflasi sandang yang stabil disebabkan oleh rendahnya tingkat permintaan masyarakat pada kelompok ini. Berbagai macam komoditas sandang untuk keperluan Idul Fitri seperti baju muslim, mukena dan lainnya juga tercatat mengalami inflasi yang rendah. Adapun komoditas sandang yang tercatat mengalami inflasi cukup tinggi adalah adalah emas perhiasan dan seragam sekolah anak yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 1,86% (mtm) dan 4,13% (mtm). Perkembangan ini terkait dengan peningkatan harga emas dunia dan masuknya tahun ajaran baru sekolah.
Memerhatikan pola pergerakan harga-harga di pasar, dan rencana kebijakan pemerintah di bidang harga, tekanan inflasi pada Agustus 2016 diprakirakan akan tetap terkendali. Berkurangnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan dan jasa transportasi seiring berakhirnya perayaan Hari Raya Idul Fitri dan libur anak sekolah, serta tiadanya libur panjang akan menyebabkan tekanan inflasi yang rendah. Selain itu, kebijakan pemerintah dalam menurunkan tarif listrik pada 12 golongan non-subsidi per 1 Agustus 2016 juga akan turut menahan laju inflasi.
"Penguatan koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI melalui TPID sangat diperlukan untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi tahun 2016. Pengamanan stok pangan DKI melalui penguatan peran BUMD dan kerja sama antar daerah perlu terus diupayakan. Diperlukan komitmen kuat untuk mengimplementasi Roadmap Program Pengendalian Inflasi yang telah disusun oleh TPID DKI Jakarta agar inflasi yang rendah dan stabil serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," tutupnya.
No comments:
Post a Comment