Thursday, August 25, 2016

Bus Rute Sutan-JuHI, Kemajuan Transportasi yang Ramah Difabel

Bagi Faisal Rusdi, Jakarta belum ramah terhadap penglaju berkursi roda. Bukan belum ada moda yang ramah penyandang disabilitas, namun selama ini Faisal yang berkursi roda masih kesulitan mengakses moda tersebut.

"Di Transjakarta memang disediakan tempat bagi penyandang disabilitas, ada ramp-nya buat roda. Tapi masih curam, teman-teman yang biasa mengayuh sendiri masih kesulitan mengaksesnya," ujarnya di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (24/8/2016).
Namun harapan baru muncul bagi Faisal dan kawan-kawannya di Koalisi Untuk Aksesibilitas Transportasi (KUAT). Beberapa pekan lalu, Faisal dan Koordinator KUAT, Trian seorang tuna netra, mencoba bus berlantai rendah.
"Aksesnya mudah ya dari halte, untuk naik kursi roda juga busnya bisa miring, ada ramp-nya, nyaman sekali," kata Trian.
PT Transjakarta bekerjasama dengan Indonesia Infrastructure Initiative (IndII) dari Pemerintah Australia meluncurkan layanan percontohan bus berlantai rendah. Bus itu akan beroperasi di rute satu arah melewati Stasiun Gambir (Jalan Medan Merdeka Timur) - Jalan Banteng Barat - Stasiun Juanda (Jalan Veteran) - Jalan Veteran III - Jalan Medan Merdeka Barat - Jalan MH Thamrin - Bundaran Hotel Indonesia - Jalan Imam Bonjol - Taman Suropati - Jalan RP Soeroso - Tugu Tani - Jalan Menteng Raya - Jalan Ridwan Rais, lalu kembali ke Stasiun Gambir. Rute ini disebut dengan singkatan "Sutan JuHI".
Direktur Operasional Transjakarta, Daud Joseph mengatakan, sebanyak tujuh bus berlantai rendah ini akan beroperasi pada pertengahan Oktober mendatang. Saat ini, bus seharga Rp 2,2 miliar itu masih dalam tahap perakitan di karoseri.
"Tujuannya kami mau bikin role model transportasi yang bisa merangkul segmen difabel dengan standar pelayanan minimum terpenuhi. Ini bisa jadi contoh buat penyelenggara transportasi lainnya," kata Joseph.
Daud menuturkan, yang membuat rute ini berbeda adalah fitur dari busnya. Bus reguler berkapasitas rata-rata 60 orang ini memiliki kemampuan kneeling yaitu memiringkan badan untuk menyesuaikan ketinggian. Selain dapat merendahkan lantai, bus juga dilengkapi dengan ramp atau jalur khusus bagi kursi roda.
"Ini kursinya juga menghadap ke depan. Kami sediakan satu spaceuntuk satu kursi roda. Jumlah ini menyesuaikan dengan persentase pengguna kursi roda sekitar 0,5 persen," katanya. (Baca: Pemenuhan Hak Kaum Difabel Tak Cukup dengan Perda)
Satu rit perjalanan dari Stasiun Gambir dan kembli ke Stasiun Gambir memakan waktu sekitar 56 menit. Jika diperhitungkan dengan waktu istirahat pramudi sekitar 13 menit, headway atau jarak antar bus dapat tercapai sekitar 10 menit.
"Tidak ada busway, kami ambil jalur kanan. Tapi saya jamin tepat waktu karena rute ini kami swakelola tanpa ada operator lain. Lagi pula kemacetan di kawasan ring 1 ini cepat teratasi ya," kata Joseph.
Tarifnya bus sama seperti tarif reguler yaitu Rp 3.500 sekali perjalanan. Joseph mengatakan setelah beroperasi dan mendapat respon baik dari masyarakat, rute ini akan diberlakukan dua arah. (Baca: Difabel Kesulitan Akses)
Pakar transportasi publik dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna menjelaskan tentang budaya baru dari sisi penumpang yang terbentuk dengan adanya rute Sutan JuHI. Selain karakter Sutan JuHI yang memanusiakan manusia dengan merangkul penyandang disabilitas, Yayat percaya rute dengan struktur mumpuni ini dapat menciptakan kultur baru bagi masyarakat.
"Sistem layanannya berbeda dengan kebiasaan bus di Indonesia yang berhenti sembarangan sehingga menyebabkan ketidaknyamanan penumpang dan berkontribusi pada kemacetan. Artinya dengan dihidupkannya budaya menyetop bus hanya di halte bus, maka kebiasaan perilaku penumpang juga akan berubah," ujarnya.

No comments:

Post a Comment