Sunday, May 1, 2016

Ini Alasan Ahok Tertibkan Luar Batang Sebelum Rumah Susun Rampung

Penataan kawasan Luar Batang-Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara terus dilakukan Pemprov DKI meski rusun untuk menampung warga belum juga tersedia. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyebut jika pihaknya tidak segera menertibkan maka tidak dapat membangun tanggul untuk mengantisipasi debit kenaikan air laut.

"Sekarang yang kami tertibkan itu apa? Buat tanggul. Sekarang air laut masuk 2,65 meter, tanggul NCICD A kita cuma 2,8 meter. Kalau hitungan turunnya 10 cm per tahun, maka air laut akan masuk," ujar Ahok kepada wartawan di kediamannya di kawasan Pantai Mutiara, Jakarta Utara, Minggu (1/5/2016). 

Untuk mengantisipasi masuknya air laut, menurut Ahok, harus dibuatkan tanggul setinggi 3,8 meter dan lebar 5 meter di atas permukaan laut. Di kawasan Cilincing, Jakarta Utara, contohnya akan dibuat tanggul selebar 20 meter.

"Jadi nanti dari Cilincing ke Tanjung Priok selain ada tanggul ada juga jalan selebar 20 meter. Nah, kalau saya mau membangun tanggul, kamu tinggal di laut, bagaimana bisa punya sertifikat di tepi laut? Ya saya mau pindahkan Anda. Itu aja sebenarnya, enggak ada masalah," jelasnya. 

"Lalu dipolitisisasi karena kebetulan mau pilkada beberapa bulan lagi. Saya juga bilang ke Wali Kota semua harusnya dia yang sampaikan, ini sudah lama kok," cetusnya.

Ahok tiba-tiba bertanya kepada Plt Wali Kota Jakarta Utara, Wahyu Hariadi yang juga berada di rumahnya usai mendampinginya menjalani sensus ekonomi oleh petugas BPS Jakarta Utara. Ahok ingat betul saat dirinya hendak membangun Waduk Pluit mendapat banyak cibiran.

"Ini camat dari tahun 2012 udah ngomong kok. Ingat enggak dulu waktu Waduk Pluit, orang bilang apa, 'Dasar Ahok, mentang- mentang rumahnya dekat makanya Waduk Pluit diperbaiki'," kata dia kepada Wahyu. 

"Saya kasih tahu jujur ya, Waduk Pluit tidak tenggelam. Jadi sama Waduk Pluit enggak ada hubungan lho. Orang Pantai Mutiara ini di sana tenggelem di sini enggak tenggelam. Kita nih gantung di laut. Nah konsep yang sama yang mau dipakai reklamasi," ujar Ahok masih berbicara kepada Wahyu.

Ahok mencontohkan salah satu kawasan yang cukup berisiko adalah di Kali Item di kawasan Kemayoran. Ahok mengatakan bagian Hilir terus diuruk oleh oknum tak bertanggung jawab untuk membuat rumah sewa.

"Ini yang buat air nggak mau keluar. Mau kita bikin tanggul, bersihin nih. Itu juga mesti kita kasih suratnya pak (masih berbicara kepada Wahyu). Pasti ribut lagi. Kenapa ribut? Banyak yang nyewain. Kan banyak nelayan dari Indramayu, dari Tegal datang butuh rumah dong selama di darat. Ini cukong cukong pengembang PKL yang nyewain nih 20 petak," tegasnya.

"Ingat enggak dulu waktu Pak Jokowi baru masuk, saya juga kita gusur bayarin semua Rp 800 ribu (uang) kerohiman. Habis bayarin, dia buka sendiri di lapor ke pak Jokowi, demo ke Balai Kota, bilang kami (saat penertiban berperilaku) anarkis. Saya sampai pukul 22.00 malam pak Jokowi telpon saya supaya saya cek. Saya cek enggak ada anarkis. Tau nggak apa yang terjadi? Dia buka sendiri. Dia mantek lagi," ucap dia.

"Pas kita mau bersihin lagi langsung minta kerohiman. Makanya saya bilang tidak ada kerohiman lagi. Yang ada adalah rusun buat anda subsidi, anak anda dikasih KJP, naik bus gratis, ini lebih mahal dari kerohiman," sambung Ahok. 

No comments:

Post a Comment