Sunday, May 29, 2016

Keluarga Korban Pelanggaran HAM: Mengapa Presiden Tidak Pernah Melihat Kami?

Berbagai cara digunakan keluarga korban untuk menagih janji Presiden Joko Widodo yang ingin menuntaskan pelanggaran HAM di Tanah Air. Salah satunya melalui kerajinan tangan yang disampaikan keluarga korban tragedi kerusuhan di Yogya Plaza, Klender, Jakarta Timur, 14 Mei 1998 lalu. 

Kerajinan tangan itu memiliki berbagai macam bentuk seperti dompet, kotak alat tulis hingga syal. Pada masing-masing kerajinan terdapat tulisan seperti "Menolak Tunduk", "Hapus Impunitas", Masih Ingat Mei 98", dan Diskusi Jangan Main Hakim Sendiri. 

Salah seorang keluarga korban yang menagih janji yakni Ruyati Darwin. Ia adalah ibu dari Eten Karyana, mahasiswa Sastra Perancis Universitas Indonesia yang menjadi korban pada peristiwa tersebut. 

"18 tahun saya tidak mendapat kepastian," kata Ruyati saat diskusi yang diselenggarakan Kontras, Sabtu (28/5/2016). Hal senada disampaikan Maria Sanu. Orang tua dari Stefanus Sanu itu hampir setiap hari Kamis mengikuti aksi "Kamisan" yang digelar di depan Istana Merdeka. 

Bersama keluarga korban pelanggaran HAM lainnya, ia menuntut keadilan kepada pemerintah. "Mengapa Presiden tidak pernah melihat kami? Ini sudah kami lakukan dari rambut masih hitam sampai putih, dari gigi masih ada sampai ompong begini," tutur Maria. 

Tragedi Yogya Plaza terjadi imbas kerusuhan politik yang melanda Indonesia saat itu. Ratusan orang meninggal dunia setelah terperangkap dan terbakar hidup-hidup di tempat itu, kala pusat perbelanjaan itu dijarah dan dibakar.

No comments:

Post a Comment