Tuesday, May 31, 2016

RT/RW Keluhkan Banyak Laporan Fiktif, Ini Tanggapan Qlue

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) selama ini kerap memanfaatkan aplikasi Qlue untuk memantau kinerja anak buahnya di lapangan. Melalui aplikasi tersebut, Ahok bisa mendapat informasi mengenai permasalahan dan bagaimana penanganannya di lapangan.

Akan tetapi, pengurus RW 12 Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengkritisi banyaknya laporan yang masuk ke Qlue dari warga yang fiktif alias saat dicek ke lapangan hasilnya nihil. Bagaimana tanggapan pihak Qlue terhadap hal ini?

"Sebenarnya itu hal yang tidak bisa kita hindari. Kami terus melakukan perbaikan. Kami ada dedicated admin yang 24 jam memantau, filter lalu teruskan ke kelurahan. Dari tim Smart City ada beberapa yang turun ke lapangan," terang Head of Communication Qlue Elita Yunanda saat dihubungi detikcom, Senin (30/5/2016).

"Kita juga sudah antisipasi. Memverifikasi double, jadi dari Qlue di awal dan Jakarta Smart City untuk filter sesuai atau enggak," imbuhnya.

Mengenai warga pelapor di Qlue yang kerap menggunakan nama palsu, Elita menyebut pihaknya tidak pernah mewajibkan pelapor untuk memakai nama asli. Hal ini untuk melindungi identitas pelapor untuk menjaga privasi mereka.

"Username di kami enggak harus asli. Kita sarankan anonim karena itu untuk mengantisipasi intimidasi pihak-pihak yang dilaporkan jadi menjaga privasi pelapor. Kita memvalidasi laporan dari keterangan foto dan lokasi," sambung Elita.

Elita menyebut aplikasi Qlue diciptakan tidak untuk mempersulit atau membebankan kinerja pihak lurah dan RT/RW. Sebaliknya, itu untuk memberikan kemudahan mereka dalam menjalankan tugas 'perpanjangan tangan' Pemprov DKI.

"Seharusnya mereka merasakan manfaatnya pasti ada keluhan dari masyarakat, misal ada jalan rusak dulu kan laporannya berbelit-belit kalau sekarang tinggal foto terus laporin di Qlue dan langsung ditindaklanjuti," pungkasnya.

Sebelum ini, Wakil Ketua RW 12, Boli Fiahaya menyebut masalah waktu menjadi kendala bagi pengurus RW 12. Pengurus RW lebih banyak menghabiskan waktu dari pagi hingga sore hari untuk mencari nafkah sehingga tidak cukup waktu untuk melaporkan kegiatan di daerahnya tiga kali sehari ke Qlue.

Selain itu, ketua-ketua RT juga telah melaporkan hasil kegiatan mereka di Kelurahan Kebon Melati dan jika harus melaporkan juga lewat Qlue, maka berarti laporan dilakukan dua kali sehingga tidak efektif. 

No comments:

Post a Comment