Thursday, May 19, 2016

Secercah Harapan dari Kali Ciliwung

Aksi dramatis mewarnai kegiatan Susur Ciliwung yang digelar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Rabu (18/5/2016).
Seorang lelaki nekat berenang menerabas arus Ciliwung yang deras dengan kedalaman hingga di atas kepala.
Ini ia lakukan demi mengantarkan undangan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang ikut dalam kegiatan itu di kawasan Condet, Jakarta Timur.
Lelaki yang tak diketahui identitasnya itu berperawakan gempal berkulit hitam. Ia berenang dengan kepala kadang timbul kadang tenggelam di air sungai yang coklat keruh.
Sambil berenang, tangan kirinya selalu teracung di atas kepala untuk menyelamatkan amplop putih dalam genggamannya.
Perahu karet yang ditumpangi Gubernur Basuki telanjur melintas saat ia sampai ke tengah sungai.
Amplop terbungkus plastik bening tersebut akhirnya ia titipkan ke rombongan wartawan di perahu di belakang Basuki.
Di amplop putih itu tertulis ”Undangan Pencanangan Kampoeng Condet Lestari sebagai Kawasan Salak Jakarta” tertuju kepada Gubernur DKI. Tertera logo Condet Lestari di sampul surat itu.
Kawasan Condet yang dilintasi Kali Ciliwung itu dulu memang dikenal dengan buah salaknya. Menurut sejarah, dulu banyak kebun salak di kawasan tepi Ciliwung itu.
Namun, dalam susur sungai kemarin tak terlihat lagi jejak-jejak salak di tepian Ciliwung.
Walau demikian, dibandingkan kawasan lain, daerah Condet tempat lelaki itu berenang terlihat lebih bersih dan rapi.
Di sana-sini masih terlihat kebun warga menghijau. Sangat sedikit sampah terlihat.
Hal ini tak lepas dari keberadaan komunitas warga peduli Ciliwung di sana, yakni Komunitas Ciliwung Condet.
Memberi harapan
Menyusuri Ciliwung dari Jembatan Gedong di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, hingga Manggarai mengungkap berbagai sisi kehidupan Ciliwung yang memberi secercah harapan.
Tumbuhnya masyarakat peduli Ciliwung terlihat berdampak pada perbaikan lingkungan sungai di sekitar tempat tinggal mereka.
Terlihat posko-posko komunitas warga peduli Ciliwung di sungai yang sempat terabaikan selama bertahun-tahun itu.
Selain Komunitas Ciliwung Condet, juga ada Komunitas Pecinta Ciliwung Pejaten Timur dan Garda Ciliwung. Di dekat posko-posko mereka terlihat kondisi sungai yang bersih dan hijau dengan pepohonan.
Bahkan, masih terlihat seekor biawak besar berburu di tebing sungai dan ikan sapu-sapu berlompatan saat iring-iringan perahu karet melintas.
Kecantikan Ciliwung juga terlihat dari bibir-bibir dan tebing sungai yang masih berupa batu cadas alami. Basuki sendiri menyatakan kekagumannya pada kondisi alami Ciliwung.
Ia mengatakan, normalisasi yang dilakukan di ruas Ciliwung sepanjang 19 kilometer (dari TB Simatupang hingga Manggarai) akan mempertahankan bagian-bagian yang masih alami itu.
”Ada sekitar 8-9 kilometer yang berbatu cadas. Ini tak akan diturap dengan sheet pile karena cadas sendiri merupakan batu yang sangat keras,” kata dia.
Meninggalkan kawasan Pejaten ke arah Kalibata hingga Manggarai, suasana berubah.
Bantaran Ciliwung lebih banyak didominasi gedung-gedung perkotaan dan gubuk-gubuk semipermanen yang sebagian menjajah badan Ciliwung. Seluruhnya membelakangi Ciliwung.
Di kawasan padat ini, sampah lebih banyak terlihat karena masyarakat dengan seenaknya membuang sampah ke kali.
Bahkan, di beberapa tempat, bak-bak sampah yang disediakan di bibir kali dibiarkan kosong atau menjadi tempat menyimpan barang-barang.
Basuki berharap, dengan semakin membaiknya kondisi Ciliwung dalam proses normalisasi ini, sungai itu suatu saat bisa menjadi obyek wisata alam.
Semoga Ciliwung tak lagi dianggap sebagai halaman belakang tempat buang sampah dan kotoran kehidupan lainnya....

No comments:

Post a Comment