Peran angkutan umum di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi terus turun sejak lebih dari satu dekade.
Warga beralih ke kendaraan pribadi karena pembangunan dan penyediaan transportasi umum tak memenuhi permintaan.
Pakar rekayasa transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Idwan Santoso, pada diskusi grup di Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Rabu (18/5/2016), berpendapat, ego kewilayahan menghambat kerja sama antarpemerintah daerah.
Faktor lain yang membuat angkutan publik terpuruk antara lain komitmen yang lemah, kendala pembiayaan, serta pola kelembagaan kerja sama yang tidak tepat.
"Ada sedikitnya 13 kajian tentang transportasi Jabodetabek sejak tahun 1974. Dokumen banyak dan lengkap, tetapi apakah semuanya bisa diimplementasikan? Ternyata yang mampu diimplementasikan hanya 48 persen," tutur Idwan.
Hasil survei komuter Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration Project tahun 2010, misalnya, memperlihatkan peran angkutan umum yang menurun.
Tahun 2002, pengguna bus masih 38,2 persen, sementara tahun 2010 tinggal 12,9 persen.
Adapun pengguna sepeda motor melonjak dari 21,2 persen menjadi 48,7 persen dan mobil naik dari 11,6 persen jadi 13,5 persen.
Trayek
Dosen Teknik Sipil Universitas Indonesia, Alvinsyah, menyebutkan, dengan asumsi kasar rentang pelayanan angkutan umum dalam radius 250 meter, luas pelayanan angkutan umum di DKI Jakarta sebenarnya telah mencakup sekitar 323 kilometer persegi atau 49 persen luas wilayah daratan.
Namun, trayek bertumpuk, terfragmentasi, dan ruwet. Oleh karena itu, selain mengubah orientasi memindahkan kendaraan ke orang, pembenahan harus ditempuh dengan integrasi dan orientasi pada pelanggan.
Kepala Bidang Angkutan Jalan dan Perkeretaapian Dinas Perhubungan DKI Jakarta Masdes Arroufi dan Kepala Subdirektorat Angkutan Orang Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Ahmad Yani menyatakan, pemerintah pusat dan daerah sejak beberapa bulan lalu mengevaluasi trayek angkutan umum lintas provinsi di wilayah Jabodetabek.
Hasilnya, sejumlah rute akan diprioritaskan untuk dipertahankan dan difasilitasi dengan model operasi baru. Kini sedikitnya ada empat trayek yang dilayani dengan pola operasi transjakarta.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan BPTJ Pandu Yunianto menambahkan, BPTJ tengah merumuskan rencana umum jaringan trayek yang menjadi acuan penataan trayek.
"Kami undang semua pihak untuk terlibat dalam perumusan draf," ujarnya.
No comments:
Post a Comment