Senin (21/3/2016) Sore, sekitar pukul 17.30 WIB, Manukin, seorang petugas kebersihan pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Solo yang memakai seragam berwana orange dan celana panjang hitam tampak membereskan peralatannya di depan kantor DKP, Jalan Menteri Supeno No 10 Manahan.
Suasana kantor tampak sepi dan lengang karena jam kerja sudah berakhir. Hanya ada Satpam yang berjaga di pos satpam dekat gerbang kantor dan beberapa petugas kebersihan di bagian belakang kantor.
Bau kurang sedap tercium dari bak-bak sampah jumbo berwarna kuning. Namun, para petugas kebersihan itu tetap tekun menjalankan tugasnya.
Manukin mengaku sudah menjadi petugas kebersihan sejak 1995. "Dulu tahun 1995 bayaran menjadi petugas kebersihan masih Rp 2.500," ujar lelaki 56 tahun ini.
Sekarang, upah yang ia terima sudah sesuai dengan upah minimum regional (UMR).
Bau kurang sedap tercium dari bak-bak sampah jumbo berwarna kuning. Namun, para petugas kebersihan itu tetap tekun menjalankan tugasnya.
Manukin mengaku sudah menjadi petugas kebersihan sejak 1995. "Dulu tahun 1995 bayaran menjadi petugas kebersihan masih Rp 2.500," ujar lelaki 56 tahun ini.
Sekarang, upah yang ia terima sudah sesuai dengan upah minimum regional (UMR).
Dari memeras keringat menjadi petugas kebersihan, elaki 56 tahun ini bisa menyekolahkan anaknya, Desi, hingga kuliah. Saat ini, Desi, kuliah semester 5 di Universitas Kristen Duta Wacana Salatiga.
"Saya tetap bangga walaupun hanya menjadi petugas kebersihan karena pekerjaan inilah yang bisa membuat anak saya kuliah," ucap Manukin, Senin (21/3/2016).
Setiap hari Manukin menyapu area Manahan dalam 2 shift. Shift pagi mulai pukul 05.00 WIB sampai pukul 09.00 WIB dan shift malam pukul 20.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB.
Selain menyapu, Manukin punya pekerjaan sampingan sebagai penghasilan tambahan untuk membiayai kuliah anaknya.
“Saya buka warung di dekat keraton. Kalau cuma dari ini saja tidak cukup. Anak saya kan kuliah," lanjutnya.
Untuk mencari pekerjaan lain, Manukin mengaku tidak mungkin, karena ia merasa sudah tua dan tidak punya keterampilan lain.
Selain menyapu, Manukin punya pekerjaan sampingan sebagai penghasilan tambahan untuk membiayai kuliah anaknya.
“Saya buka warung di dekat keraton. Kalau cuma dari ini saja tidak cukup. Anak saya kan kuliah," lanjutnya.
Untuk mencari pekerjaan lain, Manukin mengaku tidak mungkin, karena ia merasa sudah tua dan tidak punya keterampilan lain.
No comments:
Post a Comment