"Kamari-kamari tos dikeruk ku tentara, tapi aya deui wae sampah na (kemarin-kemarin sudah dikeruk oleh tentara, tapi masih ada saja sampahnya)," ucap wanita itu.
Begitulah potret keluhan warga setempat yang sehari-hari tinggal di dekat bantaran Sungai Cikapundung di Desa Bojongsoang, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Hingga jelang siang, Kamis (31/3/2016), ragam sampah masih mengendap dan menutup sepenggal badan Cikapundung yang airnya bermuara ke Sungai Citarum.
Aksi pun bergulir. Kendaraan alat berat dan tenaga manusia dikerahkan. Sampah-sampah menggenangi Cikapundung dibersihkan dan diangkut. Pemandangan sampah memang berkurang. Namun Kamis sore itu, usai aparat gabungan dan warga gotong royong, sampah kembali berdatangan dari arah hulu sungai lalu mengendap di bawah Jembatan Cijagra.
Warga berharap gerakan kepedulian pemerintah itu bukan sekadar seremonial belaka. Bagi warga setempat, Engkus Kusnadi (48), tumpukan sampah menggenangi Cikapundung bukan pemandangan aneh. "Semua warga di sini sudah biasa melihat sampah-sampah menumpuk. Sering warga turun tangan mengatasi dengan cara menghanyutkan sampah jika kondisi air surut," ucapnya.
"Memang menghanyutkan sampah sebanyak ini bukan solusi, tapi mau bagaimana lagi. Masa terus-terusan sampah dibiarkan semakin banyak," kata Engkus menambahkan.
Pemkab Bandung, sambung dia, seolah belum menggulirkan solusi bertahap berkaitan penampakan volume sampah yang terus bertambah dan menyangkut di bawah Jembatan Cijagra. Nyatanya, menurut Engkus, sampah tidak diangkut petugas kebersihan dari instansi Pemkab Bandung.
"Horor sampah Cikapundung ini ramai diberitakan media massa. Jadi sorotan nasional. Harusnya kan cepat tanggap dan responsif pemerintahnya," ujar pria berkumis ini.
"Ya kami butuh bukan omongan belaka, tapi butuh tindakan nyata," kata Engkus menegaskan.
No comments:
Post a Comment