Wednesday, March 23, 2016

Kisah Tuti: 17 Tahun Jadi Pekerja Taman, Baru di Zaman Ahok Merasa Sejahtera

Tuti (54), seorang petugas harian lepas (PHL), senang bukan main dipanggil bertemu Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) hari ini. Dia dipanggil karena keberaniannya memarahi dan mengusir pendemo yang merusak taman saat berdemonstrasi di depan Gedung Balai Kota, Selasa (22/3) kemarin.

Saat diwawancarai detikcom kemarin, Tusi mengaku merasa bangga terhadap sosok Ahok. Selama 17 tahun bekerja sebagai petugas PHL merawat taman, kesejahteraan baru dirasakannya di bawah kepemimpinan Ahok.

Tuti bahagia bisa bertemu Ahok dan foto bersama (Danu Damarjati/detikcom)

"Udah 17 tahun saya kerja merawat taman, tapi baru pas zaman Pak Ahok kesejahteraan kita diperhatikan," kata Tuti. "Dulu boro-boro gaji gede. Gaji naik 3 bulan aja udah syukur. Kalau sekarang kan udah sama UMR," sambungnya seraya tersenyum.

Tuti tak asal bicara. Menurutnya saat ini banyak orang yang dikenalnya ingin menjadi PHL di DKI Jakarta. "Sekarang sudah sejahtera, jadi banyak yang baru lulus sekolah malah mau kerja beginian, padahal dulu mah boro-boro kerja ginian," ujarnya masih tersenyum.

(Baca: Ahok Beri Bu Tuti Ponsel Berkamera untuk Foto Perusak Taman)

Tuti bersyukur Ahok perhatian dan mau menyejahterakan nasib para PHL seperti dirinya. Karena itu, dia mengaku akan mendukung mantan Bupati Belitung Timur itu dalam pemilihan Gubernur 2017 mendatang.

Tuti saat bekerja membersihkan taman (Aditya Fajar/detikcom)
"Saya dukung Ahok lagi deh," katanya.

Dalam pertemuannya dengan Ahok hari ini, Tuti dan Ahok terlibat perbincangan hangat. Ahok mengajak Tuti foto bersama, bahkan memberikan Tuti sebuah handphone.

(Baca juga: Emosi Bu Tuti Kepada Pendemo: Jangan Injak Tanaman, Saya Capek Ngerawatnya!)

Ahok senang Tuti punya dedikasi tinggi merawat taman-taman di depan Balai Kota sehingga indah dan sedap dipandang mata. Dengan ponsel pemberiannya, Ahok berharap Tuti bisa memotret pelaku perusakan taman agar bisa dilaporkan ke polisi dan ditindak. 

No comments:

Post a Comment