Otoritas Inggris, Prancis dan Jerman segera meningkatkan keamanan di bandara masing-masing dengan menambah personel yang berpatroli. Pengamanan di pusat transportasi lainnya juga ikut diperketat. Hingga Rabu (23/3) waktu setempat, bandara Brussels masih ditutup dan beberapa maskapai terpaksa mengalihkan penerbangan.
"Dua teroris masuk ke area terminal (bandara) dengan membawa peledak, ini tidak diragukan lagi merupakan kecolongan besar," sebut mantan kepala keamanan Bandara Ben-Gurion Israel, Pini Schiff, yang kini menjadi CEO Asosiasi Keamanan Israel, seperti dilansir Reuters, Rabu (23/3/2016).
Di Amerika Serikat, kota-kota besar dalam kondisi siaga tinggi. Garda Nasional bahkan dikerahkan untuk meningkatkan keamanan di dua bandara kota New York yang selalu ramai.
Baca juga: FBI dan Kepolisian New York Kirim Tim Untuk Selidiki Ledakan Brussels
PBB telah mengkaji keamanan bandara setelah tragedi jatuhnya pesawat maskapai Rusia di Mesir pada Oktober tahun lalu. Pesawat itu diyakini jatuh akibat ledakan bom rakitan berukuran sebesar kaleng soda, yang diselundupkan ke pesawat oleh anggota militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
"Bagi saya, sungguh aneh karena hanya separuh bandara yang aman. Tentu keseluruhan bandara harus aman, dari menit ketika Anda tiba di area parkir mobil," ucap Matthew Finn dari konsultan keamanan penerbangan independen, Augmentiq.
Polisi New York patroli usai ledakan mengguncang Brussels, Belgia (REUTERS/Stephanie Keith)
|
Seperti di Turki contohnya, penumpang dan barang bawaan mereka diperiksa saat memasuki terminal bandara dan kemudian diperiksa lagi setelah check-in. Di bandara Moskow, Rusia juga berlaku pemeriksaan keamanan yang sama di pintu masuk terminal bandara.
Bandara Ben Gurion di Israel juga dikenal dengan pengamanan super ketat, termasuk adanya sistem mendeteksi profil penumpang yang dianggap mencurigakan, peralatan pendeteksi bom dan setiap penumpang ditanyai secara serius. Sedangkan di Nairobi, Kenya, yang kerap dilanda serangan teror militan Al-Shabaab, para penumpang harus keluar dari mobil ketika mereka diperiksa di pos keamanan yang berjarak 1 kilometer dari terminal utama.
Seorang pemuda Amerika Serikat (AS) bernama Mason Wells menjadi korban luka dalam ledakan di Bandara Zaventem Brussels, Belgia. Yang menarik, sebelumnya, Wells sudah dua kali berada di lokasi serangan teror, termasuk saat teror Paris, Prancis.
Dalam pernyataan pihak gereja Church of Jesus Christ of Latter-day Saints, seperti dilansir AFP, Rabu (23/3/2016), Wells (19) merupakan salah satu dari sejumlah warga AS yang luka-luka akibat ledakan kembar di terminal keberangkatan bandara Brussels, Selasa (22/3) waktu setempat. Wells yang seorang misionaris Mormon asal Ohio, AS ini tengah menemani seorang koleganya yang warga negara Prancis.
Saat kejadian, Wells bersama dua misionaris AS lainnya, Richard Norby (66) dan Joseph Empey (20) menemani kolega asal Prancis yang hendak terbang ke AS. Warga Prancis itu juga ikut terkena ledakan dan mengalami luka-luka.
Sejumlah media AS melaporkan bahwa Wells pernah mengalami insiden teror mematikan lainnya. Sekitar 3 tahun lalu, Wells berada di Boston menemani ibundanya yang mengikuti event Boston Marathon, ketika ledakan terjadi di dekat garis finish. Ledakan itu menewaskan 3 orang dan melukai sejumlah orang lainnya.
Baca juga: 2 Teroris Masuk ke Terminal Bawa Bom, Bandara Brussels Kecolongan Besar
Dilaporkan media AS lainnya, NBC News, yang mengutip keterangan dari keluarga Wells, pemuda itu juga tengah berada di Paris, Prancis pada November tahun lalu, ketika serangkaian ledakan mengguncang Paris. Namun Wells tidak menjadi korban langsung dari serangan teror itu.
Surat kabar lokal Utah, Deseret News, yang mengutip keterangan kerabat keluarga Wells, Lloyd Coleman, menuturkan ledakan di bandara Brussels membuat Wells dan koleganya luka cukup parah. Wells dan Empey disebut mengalami luka bakar dan luka lainnya.
"Wells menderita luka bakar di tangan dan kakinya dan beberapa luka di wajahnya. Sebagian besar luka-luka di sekitar kaki dan tumit. Salah satu tumitnya cedera parah dan dokter berusaha menyembuhkannya, tapi pihak keluarga tidak tahu seberapa buruk luka-lukanya," terang Coleman.
Secara terpisah, Angkatan Udara AS menyebut salah satu personel mereka dan beberapa kerabatnya luka-luka akibat ledakan di Brussels, yang sejauh ini merenggut 35 nyawa. Namun untuk alasan privasi, kondisi maupun luka-luka tentara AS itu tidak dirilis ke publik.
No comments:
Post a Comment