Monday, February 8, 2016

Wihara Tirta dan Cerita Harmonis Antar-Umat Beragama

KOMPAS.COM/MASRIADI
Puluhan etnis Tionghoa sedang beribadah di hari imlek, Minggu (8/2/2016). Mereka terlihat khidmat di Vihara Budha Tirta, Pusong, Lhokseumawe, Aceh.

Puluhan etnis Tionghoa sedang beribadah pada hari Imlek, Senin (8/2/2016). Mereka terlihat khidmat di Wihara Budha Tirta, Pusong, Lhokseumawe, Aceh. 

Shinta adalah salah seorang yang khusyuk beribadah sambil menggendong bocah berusia satu tahun. 

Sekitar satu jam ritual ibadah itu pun selesai. Lagu "Gong Xi Gong Xi" mengalun pelan. Pohon angpau di tengah ruang ibadah dikerumuni umat. Satu-satu amplop warna merah itu berpindah ke kantong warga.

"Setelah ini, kami bersilaturahim dengan keluarga lainnya. Besok saya pulang ke rumah orangtua di Aceh Tamiang dan saudara lainnya di Medan," kata Shinta. 

Shinta menyebutkan, dia juga mengunjungi teman-temannya yang Muslim. 

"Ini kan silaturahim, merayakan kebahagiaan, dan berharap terus berbahagia," ujarnya. 

Hubungan harmonis umat beragama di Lhokseumawe bukanlah suatu hal yang baru. Saat kerusuhan Agustus 1998, warga Muslim menjaga kompleks ibadah umat beragama di Pusong, Lhokseumawe. 

Pandita Juwono menyebutkan, saat itu, umat Muslim memblokade jalan agar masyarakat yang menjarah sejumlah toko tidak merusak fasilitas wihara dan gereja di kawasan itu.

"Saya ingat benar, jika di Jakarta itu rusuhnya pada Mei, di Lhokseumawe itu pada Agustus. Umat Muslim melindungi kami dengan baik. Mereka menjaga kami dengan baik," ujarnya. 

Sejak saat itu, kerukunan umat beragama semakin harmonis. Di samping wihara itu terdapat dua gereja. Wihara itu sebagai saksi kerukunan umat beragama. Di bangun tahun 1970-an, wihara itu berdiri kokoh. 

Sujono menyebutkan, 28 tahun lalu, wihara itu masih satu lantai. Tahun 2000, sejumlah warga menyumbang untuk membangun gedung. 

"Jika Imlek ibadahnya agak sepi karena sebagian umat ini sudah di Medan, merayakan Imlek di sana," ujar Sujono. 

Saat ini, jwmaat di wihara sekitar 800 orang. Pada tahun 1970-an, jumlah jemaat sekitar 400 orang. 

“Harapan kami pada Tahun Baru Imlek ini, Aceh tetap damai. Jangan ada perang dan konflik lagi. Damai membuat kita bahagia, memudahkan rezeki kita," ungkap Sujono.

No comments:

Post a Comment