Kawasan Kalijodo diapit Kanal Barat dan Kali Item. Menurut Camat Tambora Djaharuddin, kawasan tersebut masuk zona jalur hijau.
Di kawasan ini ada rumah permanen warga yang terletak 2 meter-2,5 meter dari jalan inspeksi Kanal Barat.
Rumah bercat warna-warni itu sebagian besar dipasangi neon box bertuliskan merek minuman beralkohol.
Kondisi lingkungan di pinggir jalan terlihat bersih dan rapi. Namun, jika masuk ke dalam permukiman, kondisinya gelap dan lembab karena padat penduduk.
Kawasan itu ramai pada sekitar pukul 20.00 hingga dini hari.
Maryamah, Ketua RT 007 RW 010 Kelurahan Angke, Tambora, mengatakan, sebagian besar kafe dan tempat hiburan masuk ke wilayah Penjaringan. Hanya ada satu kafe besar yang berada di wilayah Angke.
Selain kafe, di tempat itu juga tumbuh subur usaha kontrakan. Kontrakan seharga Rp 300.000-Rp 500.000 disewa oleh tukang parkir, petugas keamanan, dan perempuan yang bekerja di tempat hiburan.
Di RT 007 sendiri terdata ada 100 kepala keluarga yang tinggal. Itu di luar para pendatang yang masuk-keluar kawasan itu.
"Rencana pembongkaran bangunan di sini sudah saya dengar sejak zaman Gubernur Sutiyoso," kata Maryam seperti dikutip dari harian Kompas, Kamis (11/2/2016).
"Kami berharap, sih, enggak usah digusur. Kalau tempat hiburan mau ditertibkan, itu terserah pemerintah," kata Maryamah.
Menghitung kekuatan
Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian menyatakan mendukung langkah Pemprov DKI yang berniat menata Kalijodo menjadi pusat lokalisasi dan hiburan malam bagi kalangan kelas menengah ke bawah.
Akan tetapi, Gubernur Basuki justru mengatakan penertiban Kalijodo perlu, tetapi belum menjadi prioritas.
"Kami sedang mengukur kekuatan dulu. Kami pikir belum siap karena harus konsentrasi untuk membereskan Waduk Pluit," kata Tito.
"Kalau Waduk Pluit sudah selesai, akan kami bereskan itu (Kalijodo). Lagi pula (kawasan) itu enggak terlalu kena sungai. Yang diutamakan (untuk dibongkar) yang kena sungai dan waduk," ujarnya.
No comments:
Post a Comment