Wednesday, February 24, 2016

Memberi Pengalaman Atlet Tunagrahita Berbelanja...

Waktu menunjukkan pukul 07.30 WIB, Rabu (24/2/2016). Pusat perbelanjaan di Lotte Shoping Avenue masih sepi dan gelap. Toko-toko masih belum membuka gerainya. 

Di pojok selatan lantai GF, salah satu toko ritel fashion sudah membuka tokonya. Pegawainya sudah siaga berdiri di depan toko.

Puluhan pegawai berdiri di belakangnya, menunggu pelanggan. Untuk siapa sambutan yang istimewa itu? 

Tidak lama kemudian, puluhan penyandang tunagrahita datang sambil melambaikan tangan. Lambaian tersebut disambut oleh pegawai toko ritel tersebut yang sedari tadi menunggu mereka.

Pria dan wanita tunagrahita tersebut merupakan atlet Special Olympics Indonesia (SOIna) yang sudah mengharumkan nama Indonesia di berbagai olimpiade tingkat nasional. 

Kedatangan mereka di toko tersebut pada pagi itu adalah untuk berbelanja. Mereka mendapat perlakuan spesial dengan mendapat kesempatan berbelanja di toko itu, sebelum jam operasional dimulai. 

Masing-masing penyandang tunagrahita tersebut dibekali voucer belanja sebesar Rp 700.000 dan didampingi oleh satu pegawai. 

Biasanya, para kaum disabilitas seperti mereka lebih sering dibantu dalam mempersiapkan segala kebutuhannya. Apa yang terjadi ketika mereka harus berbelanja dan mengatur keuangan sendiri? 

Salah satu atlet tunagrahita, Pipin, langsung menyukai celana pendek berwarna biru seharga Rp 299.000 yang dia lihat. Tanpa harus berpikir panjang, dia pun menaruh celana itu ke dalam keranjang belanja sambil ditemani pendampingnya. Kemudian, dia juga mengambil sebuah celana panjang berwarna hitam seharga Rp 399.000. 

"Pipin, kita kan hanya ada uang Rp 700.000. Kita sudah pilih celana pendek Rp 299.000 dan celana panjang Rp 399.000, jadi totalnya Rp 698.000. Sisanya hanya Rp 2.000, tetapi Pipin belum beli atasan," ujar kakak pendamping Pipin. 

Pipin memang ingin membeli satu kardigan. Dia pun jadi bingung akan melakukan apa. Dia pun ditawari untuk membatalkan membeli salah satu celana dan menggantinya dengan pakaian. Pipin menyetujui usulan itu. Akhirnya, dia memilih untuk tidak jadi membeli celana pendek berwarna biru. 

"Aku pilih celana panjang karena mamaku suka yang panjang," ujar Pipin. 

Dilema yang sama juga dialami oleh atlet lainnya, Marini. Setelah mengalami kebingungan, Marini akhirnya membeli celana, jaket, dan dua kaus kaki. 

"Aku suka sekali warna pink dan biru. Inginnya beli semua, tetapi uangnya tidak cukup. Jadi, aku harus pilih salah satu," ujar Marini.

Marini mengatakan, dia sebenarnya ingin membeli kacamata. Namun, dia akhirnya memilih kaus kaki. 

Kakak pendamping Marini, Miftah, menceritakan pengalamannya dalam mendampingi atlet tunagrahita berbelanja. 

"Jadi, tadi uangnya Marini tinggal Rp 50.000, dia mau beli kacamata atau penutup telinga. Karena uangnya enggak cukup, dia bingung dan akhirnya jadi pilih kaus kaki warna pink," ujar Miftah. 

HRD Operation Uniqlo, Karulia, menjelaskan, kegiatan "shoping experience" pagi ini merupakan salah satu program CSR Uniqlo bekerja sama dengan SOIna. Tujuannya adalah membuat kaum tunagrahita bisa merasakan pengalam berbelanja yang sama dengan masyarakat umum lainnya. 

"Selama ini anak disabilitas seakan dinomorduakan ya. Sekarang kami mau membuat mereka seperti kita, bisa shoping, jalan-jalan," ujar Karulia. 

Dengan kegiatan ini, Karulia juga berharap anak-anak tunagrahita berlatih mengatur uang yang mereka miliki. Mereka dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan untuk memilih barang yang mereka butuhkan. 

Karulia juga mengatakan, kegiatan ini bisa membuat mereka mengetahui harga dari barang-barang yang biasanya mereka pakai. Harapannya, mereka akan lebih menghargai barang yang mereka punya. 

"Jadi, mereka bisa tahu berapa harganya dan bisa menghargai," ujar Karulia.

No comments:

Post a Comment