Wednesday, April 29, 2015

"Itu Bangunan Betawi dari Planet Mana Ya, Uranus, Neptunus atau Mars?"

Kompas.com/Tangguh Sipria RiangZona Embrio, kawasan Pusat Perkampungan Budaya Betawi di Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (27/4/2015).

 JAKARTA, KOMPAS.com - Sejarawan JJ Rizal menilai bangunan utama di Zona A Pusat Budaya Betawi (PBB) di Setu Babakan tidak representatif terhadap arsitektur asli Betawi asli. Menurut putera Betawi asli itu, saat dirinya melihat bangunan utama perkampungan Budaya Betawi itu, seperti sedang melihat sinetron di TV-TV yang bertema Betawi. 

"Enggak Betawi banget! Saya yang orang Betawi dan mempelajari Betawi selama 15 tahun lebih merasa tidak kenal sekaligus aneh sambil bertanya-tanya. Itu bangunan Betawi dari planet mana ya, Uranus, Neptunus atau Mars?" kata JJ Rizal kepada Kompas.com,Selasa (28/4/2015).
JJ Rizal yang berniat maju sebagai calon wali kota Depok itu mengatakan, jika arsitektur yang digunakan melenceng dari konsep pertunjukan kesenian Betawi. Proyek raksasa dengan dana Rp 120 miliar itu, kata dia, tidak diniatkan untuk menghidupkan Betawi, tetapi justru malah membunuh karakter budaya Betawi. 

"Ini pembunuhan karakter budaya Betawi. Khususnya dalam menerapkan konsep panggung teater yang menggunakanamphitheater atau pilar raksasa model dorik gitu. Yang sekarang ini, ngawur abis alias teasing dari sejarah tradisi budaya arsitektur Betawi yang historis," paparnya. 

Dua bangunan utama yang dimaksud JJ Rizal merupakan  gedung museum dan gedung serba guna di Zona A PBB. Gedung museum merupakan bangunan modern dua lantai bertembok putih dan berbentuk seperempat lingkaran. Sedangkan bangunan gedung serba guna, berbentuk balairung beratap kerucut. Bangunan yang baru rampung 70 persen itu disiapkan sebagai panggung teater tertutup berkapasitas 500 penonton.

Dihubungi terpisah, pengelola PBB zona Embrio, Indra, mengatakan jika bangunan di zona A tidak merepresentasikan adat Betawi. Menurut dia, bangunan gedung serba guna itu memang khusus dibangun untuk mencegah terjadinya pembatalan pertunjukan karena gangguan cuaca. 

Selain itu, Indra menjelaskan jika di zona A tetap ada bangunan dan panggung yang tetap mengusung konsep budaya Betawi. Khususnya panggung terbuka di Zona A dan zona Embrio. 

"Kan ada bangunan teater yang tidak bersekat di zona A. Tidak ada sekat antara penonton dengan pementas. Di zona embrio juga begitu, tetap ada panggung terbuka. Kalau gedung serba guna itu dibangun supaya saat ada pertunjukan tidak terkendala panas atau hujan," katanya. 

Terlepas dari itu, Indra juga mengklaim jika proses pembangunan gedung juga sudah diketahui dan persetujuan dari pihak Badan Musyawarah (Bamus) Betawi. Namun, lanjut Indra, pihak Bamus hanya dilibatkan sebatas pemberi usulan saja. 

"Kita (Bamus) juga dilibatkan saat masih dalam proses usulan dannkonsep pembangunan gedung, tetapi memang kapasitasnya hanya sebatas pemberi usulan, eksekutornya tetap dari pihak SKPD," tuturnya. 

Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama sebelumnya menyoroti sejumlah fasilitas bangunan yang rusak saat blusukanke kawasan tersebut beberapa waktu lalu. Mulai dari kayu lantai yang retak, kolam yang berjamur, hingga atap kaca kanopi yang merembes karena lemnya kurang rekat.

No comments:

Post a Comment