Monday, April 13, 2015

Ahok: Sekolah Internasional yang Makin Mahal, Lama-lama Ditinggal Warga

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menegaskan pihaknya akan terus meningkatkan jaminan pendidikan kepada siswa-siswi tidak mampu. 

Pemprov DKI juga akan memperkuat kualitas sumber daya manusia (SDM) guru-guru dan tenaga pengajar di sekolah-sekolah negeri di ibu kota. Dengan demikian, maka sekolah-sekolah konvensional dapat bersaing dengan kualitas sekolah internasional.  

"Sekarang sekolah internasional juga kalau lama-lama semakin mahal, orang-orang juga akan balik ke sekolah kayak gini. Ini sekolah usia 156 tahun, dari buyutnya cicitnya jadi alumni sekolah ini. Ini bukti kalau sekolah konvesional berpikir konsisten, bukan sekadar cari uang semata," kata Basuki, seusai meninjau pelaksanaan Ujian Nasional (UN) di SMA Santa Ursula, Jakarta Pusat, Senin (13/4/2015).  

Ia berharap situasi seperti ini akan terus berlangsung. Basuki berharap, warga Jakarta mempercayai anak-anaknya untuk menempuh pendidikan di sekolah negeri maupun sekolah swasta yang tidak memikirkan keuntungan semata. 

Basuki menegaskan, tidak akan ada lagi anak yang tidak sekolah maupun putus sekolah di Jakarta. Saat Basuki masuk ke Pemprov DKI menjadi Wakil Gubernur DKI, survei membuktikan 40 persen anak usia 16-18 tahun tidak sekolah karena tidak memiliki biaya. 

"Makanya kami mau kasihkan banyak Kartu Jakarta Pintar. Kami tidak ingin ada anak yang tidak sekolah, itu saja. Sekarang kayak sekolah berlabel internasional, kalau otaknya cuma cari duit, mutunya payah, sudah mahal, lama-lama ditinggal orang. Itu harapan kami," kata Basuki. 

Hari ini Basuki meninjau penyelenggaraan UN di dua sekolah, yakni SMKN 27 dan SMA Santa Ursula, Jakarta Pusat. Di SMKN 27, Basuki sempat memberi motivasi kepada siswa siswi di sana. Namun, di SMA Santa Ursula, Basuki hanya mengintip kelas per kelas. Karena UN telah berlangsung ketika Basuki datang.

No comments:

Post a Comment