Monday, April 13, 2015

Ahok Ajak Para Pemuda Mau Jadi Anggota DPRD

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengimbau serta memprovokasi anak-anak muda untuk terjun ke dunia politik. Sebab, idealisme mereka untuk membuat perubahan di Indonesia yang kini dibutuhkan. 

Menurut Basuki, cara paling mudah untuk mengubah negeri dan terjun ke dunia politik dengan menjadi anggota DPRD DKI.  

"Saya dulu juga cuma ngomong politik saja di warung kopi atau seminar. Makanya politik ini butuh anak-anak muda, terutama cewek, masuk jadi anggota DPRD dulu saja dengan ikut pemilu dan menjadi anggota partai," kata Basuki, dalam diskusi PP Muhammadiyah, Jakarta, Minggu (12/4/2015).  

Basuki mengatakan, jika mereka sukses dan menunjukkan kinerja baik selama menjadi anggota DPRD maka dengan mudah akan memikat warga untuk memilihnya menjadi kepala daerah. Dengan mengantongi pengalaman dan rekam jejak yang baik, maka seseorang tidak perlu melakukan politik uang untuk menjadi kepala daerah. 

Selain itu, lanjut dia, mau tidak mau anak-anak muda yang memiliki idealisme tinggi tetap harus mau menjadi anggota partai politik. 

"Walaupun semua parpol di Indonesia enggak beres, yang namanya bernegara ya harus berpolitik, politik ya harus masuk ke parpol, itu sudah konstitusi yang mengatur. Kalau tidak mau masuk parpol yang ada, ya bikin parpol baru yang isinya anak-anak muda idealis, yang penting lakukan perubahan," kata Basuki.

Selain itu, jika ingin menjadi politisi, juga harus berani tidak tergoda melakukan korupsi. Pejabat, kata dia, harus melaporkan harta kekayaan serta melakukan pembuktian harta terbalik. Hal itu, telah diatur dalam Undang Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Ratifikasi PBB Melawan Korupsi. 

"Kalau ditegakkan aturan itu, saya yakin semua (pejabat) enggak bisa 'main' (anggaran). Ikuti saja PPG (pura-pura gila), hajar saja pasti kalian menang," kata Basuki memberi semangat anggota Muhammadiyah.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menginginkan para pemuda untuk masuk ke dalam dunia politik dan membawa perubahan yang lebih baik bagi Indonesia. Salah satunya membawa perlawanan segala bentuk upaya korupsi.

"Ini yang saya harapkan, pemuda, khususnya Pemuda Muhammadiyah, jangan cuma bisa ngomong dan berdoa, tetapi mesti berani melawan," kata Basuki dalam Diskusi Pemuda Muhammadiyah di Jakarta, Minggu (12/4/2015).  

Basuki mengungkapkan, bentuk tindak korupsi bisa dimulai dengan menerima politik uang dalam pemilihan umum (pemilu). Dia mencontohkan kisah ayahnya, Indra Basuki Tjahaja Purnama, yang merupakan pengusaha dan politisi Golkar. 

Ayahnya, kata Basuki, dibisiki teman-temannya sesama politisi kalau ongkos politik semakin mahal. Apabila ingin masuk menjadi anggota legislatif, maka seseorang paling tidak harus menyediakan Rp 250 juta-Rp 1 miliar. Uang itu dibagi-bagikan kepada warga yang akan memilih dia untuk menjadi anggota legislatif. 

Tradisi politik uang ini, kata Basuki, menjadi budaya dan kebiasaan bagi seseorang yang ingin masuk ke dunia politik. Ketika sudah berhasil menjadi anggota legislatif, orang itu akan merasa berjasa kepada pihak-pihak yang telah memilihnya. 

"Misalnya dengan memasukkan pokir (pokok pikiran) pas APBD sudah disahkan," kata Basuki.  

Dahulu, sebelum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terbentuk, pengadaan barang dan jasa pun rawan korupsi. Bahkan, masyarakat tidak tahu bahwa pemerintah merencanakan program dan akan membeli barang apa saja pada tahun itu. Masyarakat baru akan tahu rencana kegiatan pemerintah jika memiliki kedekatan dengan "orang dalam" pemerintah. 

"Dulu tidak ada transparansi. Ada departemen ingin beli 1 juta air kemasan dan perusahaan mendekati anggota DPR yang bertindak sebagai panitia anggaran agar perusahaan mereka yang dipilih untuk mengadakan 1 juta air kemasan. Pas perusahaan mereka menang tender, bagi-bagilah dengan DPR dan departemen. Ini setengah salah. Walaupun harganya sesuai, ini bentuk KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme). Masyarakat tidak diberi tahu, perusahaan lain juga enggak siap lelang. Ada unsur gratifikasinya juga. Ya ini namanya 'umega' (usaha menambah gaji). Kira-kira hukumnya syubhat (tidak jelas apakah halal atau haram) kalau di Islam," kata Basuki tertawa.

No comments:

Post a Comment