Thursday, June 25, 2015

Meski Ahok Batal Hadir, Safari Ramadan di Jakarta Barat Tetap Ramai

Gubernur Jakarta Basuki T Purnama tidak hadir dalam acara safari Ramadan di Kantor Lurah Wijaya Kusuma, Jakarta Barat. Walau begitu, acara buka puasa bersama Wali Kota Jakarta Barat, kepolisian dan jajarannya itu tetap dilaksankan.

Pantuan di lokasi, Kamis (25/6/2015), acara buka puasa dimulai sekitar pukul 17.20 WIB, kedatangan Ahok digantikan Asisten Sekda Bidang Kesejahteraan masyarakat Fatahillah. Dalam acara tersebut hadir Wali Kota Jakarta Barat Anas Efendi, Kapolres Jakarta Barat Kombes Pol Rudi beserta jajarannya.

Dalam sambutannya, Wali Kota Jakarta Barat Anas Efendi mengungkapkan permohonan maaf atas tidak hadirnya bapak gubernur. Dirinya juga tetap mengingatkan para jajaranya tetap bekerja dengan baik.

"Semua harus bekerja dengan baik terutama memperbaiki jalanan rusak," terang Anas di lokasi, Kamis (25/6/2015).

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan mendengarkan kultum dan doa bersama sambil menunggu waktu berbuka tiba. Terlihat juga puluhan warga kurang mampu memenuhi halaman kantor lurah. 

Salah satu perubahan kota yang bisa dilihat di Jakarta adalah pembangunan taman multifungsi di wilayah padat penduduk. Taman yang dibangun bukan sembarang taman, memiliki fungsi beragam yang utamanya untuk pendidikan anak.

Namanya Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Hingga saat ini, DKI telah memiliki sebanyak 6 RPTRA yang masing-masingnya terletak di Cideng, Cililitan, Pulogadung, Pulau Untung Jawa (Kepulauan Seribu), Gandaria Selatan, dan Kembangan Utara. Sebagian besar di antaranya telah diresmikan penggunaannya oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sebagian lain oleh Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat.

Sejauh ini sudah ada 4 RPTRA yang sudah diresmikan. Tinggal RPTRA yang di Pulau Seribu belum diresmikan. 

Sepanjang tahun ini, DKI menargetkan pembangunan 54 RPTRA di hampir seluruh wilayah Jakarta. Di akhir tahun, diharapkan sebanyak 60 RPTRA telah berdiri untuk menjadi tempat berkumpul warga DKI di masing-masing wilayah. Ahok menegaskan, untuk lahan-lahan kosong lain yang tidak terpakai akan dibeli dan dijadikan RPTRA. Target finalnya, Jakarta akan memiliki 306 taman di tahun 2017.

Ahok menawarkan konsep yang berbeda dalam pembangunan taman. Fasilitas yang terdapat di dalam taman didorong untuk dapat memenuhi 31 Indikator kota layak anak yang ditetapkan Kementarian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (Kemen PPA).

Ahok juga tidak membangun taman di lokasi-lokasi strategis seperti di Surabaya dan Bandung, dia justru mendorong taman RPTRA dibangun dekat dengan permukiman warga, terutama warga miskin. Sehingga RPTRA dapat berperan sebagai community center bagi masyarakat sekitar. 

Bagi Ahok, warga di sekitar taman RPTRA harus menjadi pihak yang mendapatkan keuntungan terbesar dari keberadaan taman. Taman RPTRA juga dibangun dan dirawat tanpa menggunakan dana APBD sama sekali. Dana pembangunan RPTRA berasal dari sumbangan CSR sejumlah perusahaan. Untuk biaya satu RPTRA, hanya sekitar Rp 400-750 juta.

Proses pembangunan RPTRA juga melibatkan masyarakat sekitar. Bahkan perawatan taman juga dilakukan oleh masyarakat di sekitar RPTRA dan dikoordinir oleh ibu-ibu PKK. Sederhananya, RPTRA memosisikan warga sebagai pemilik dan pengelola taman, bukan sekadar penikmat taman.

No comments:

Post a Comment