Tuesday, July 8, 2014

Putri Korban Penculikan 98: Tolong Temukan Ayah Saya, Pak Presiden

Jakarta - Novridaniar Dinis Puspahati Muhyidin, putri Yadin Muhidin, salah satu aktivis yang hilang pada 1998, mendatangi kantor Wantimpres. Dia menyerahkan petisi bertajuk 'Cari dan Temukan Ayah Saya' kepada anggota Wantimpres untuk diserahkan ke Presiden SBY.

"Pak SBY adalah harapan terakhir saya untuk mengetahui keberadaan ayah. Kerinduan saya sudah meluap-luap karena sudah 16 tahun tidak bertemu dengan ayah," tulis gadis berusia 18 tahun yang biasa dipanggil Dinis dalam petisi tersebut di kantor Wantimpres, Veteran, Jakpus, Selasa (8/7/2014).

Dinis mengatakan keberaniannya menulis petisi berawal dari pernyataan Kivlan Zen dalam sebuah talkshow di televisi nasional beberapa waktu lalu yang mengatakan dirinya mengetahui keberadaan para korban penculikan.

"Sekarang bolanya ada di presiden, saya sebagai rakyat kecil cuma bisa memohon. Semoga berkah ramadan membuka hati presiden," ucapnya.

Aktivis KontraS, Daud Bereuh, yang turut mendampingi Dinis juga menuntut ditegakkannya keadilan bagi korban penculikan dan penghilangan paksa tahun 1998. Menurut Daud, pernyataan yang dilontarkan Kivlan Zen serta para mantan anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP) terkait kasus 1998 sudah seharusnya ditelusuri lebih jauh oleh pemerintah.

"Pemerintah harus berani mengambil langkah konkrit dan strategis utk menjamin pemenuhan hak asasi para korban," kata Daud dengan tegas.

Petisi diterima oleh anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hukum dan Ketatanegaraan, Albert Hasibuan. Kepada Dinis, Albert berjanji akan segera meneruskan petisi ini kepada Presiden SBY

"Saya harap titik terang dan perkembangan positif dapat kita saksikan dalam waktu yang singkat ini," tutur Albert.

Mengenai wacana dibentuknya pengadilan HAM Ad Hoc, Albert mengatakan dirinya sudah menyampaikan kepada presiden pentingnya pengadilan ad hoc namun sampai saat ini belum ada respon dari Presiden SBY. Albert juga mengatakan petisi yang digagas oleh putri korban penculikan ini dapat menjadi dorongan bagi presiden agar segera mengambil sikap terkait kasus 1998.

"Apalagi ini didukung sekian banyak penandatangan," ujar Albert.

Petisi yang diluncurkan sejak Juni 2014 melalui situs change.org ini sendiri telah mendapat sekitar 3.000 tanda tangan dari seluruh masyarakat Indonesia.

Yadin Muhidin adalah salah satu korban penculikan tahun 1998. Alumnus Sekolah Pelayaran itu hilang pada 14 Mei 1998. 

Berikut 13 aktivis korban penghilangan paksa di tahun 1997/1998:

1. Yani Afri (Rian), pendukung PDI Megawati, ikut koalisi Mega Bintang dalam Pemilu 1997. Hilang di Jakarta pada 26 April 1997.
2. Sonny, pendukung PDI Megawati. Hilang di Jakarta pada 26 April 1997.
3. Deddy Hamdun, pengusaha, aktif di PPP dan dalam kampanye 1997 Mega-Bintang. Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997.
4. Noval Alkatiri, pengusaha, aktivis PPP. Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997.
5. Ismail, sopir Deddy Hamdun. Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997.
6. Wiji Thukul, penyair aktivis JAKER/PRD. Hilang di Jakarta pada 10 Januari 1998.
7. Suyat, aktivis SMID/PRD. Hilang di Solo pada 12 Februari 1998.
8. Herman Hendrawan, aktivis SMID/PRD. Hilang di Jakarta, 12 Maret 1998.
9. Petrus Bima Anugerah, aktivis SMID/PRD. Hilang di Jakarta pada 30 Maret 1998.
10. Ucok Munandar Siahaan, mahasiswa Perbanas. Diculik 14 Mei 1998 di Jakarta.
11. Yadin Muhidin, alumnus Sekolah Pelayaran. Hilang di Jakarta 14 Mei 1998.
12. Hendra Hambali, siswa SMU. Hilang di Glodok, Jakarta, 15 Mei 1998.
13. Abdun Nasser, kontraktor. Hilang saat 14 Mei 1998, Jakarta

No comments:

Post a Comment