Tuesday, July 8, 2014

Pemilu Presiden Kali Ini Berbeda

KOMPAS.com - JAMAL (25) sudah menyiapkan formulir A5 sejak dua pekan lalu. Mahasiswa pascasarjana salah satu perguruan tinggi di Singapura itu tidak ingin kehilangan hak pilih dalam Pemilu Presiden 2014.
”Saya mengurus A5 di Malang (Jawa Timur). Ini pertama kali saya memilih di luar negeri,” ujarnya dalam perjalanan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura di Jalan Chartsworth, Nomor 3.
Pemilihan di KBRI Singapura digelar hari Minggu (6/7). Para pemilih datang dari berbagai penjuru Singapura sejak pukul 07.30. Padahal, tempat pemungutan suara (TPS) baru dibuka pukul 08.00.
”Saya belum memutuskan memilih siapa. Informasi terlalu simpang siur dan sulit dipercaya,” ujar Jamal.
Sementara Budi (49), pelaut asal Cilacap, Jawa Tengah, sudah memantapkan pilihan sejak jauh hari. ”Saya mau pemimpin yang sepenuhnya sipil,” ujarnya.
Budi mengaku baru kali ini menggunakan hak pilih sejak berada di luar Indonesia selama sembilan tahun terakhir. ”Sebelumnya karena tak dapat informasi dan tak tertarik,” katanya.
Pemilu kali ini, menurut Budi, berbeda. Informasi didapat dengan mudah. ”Saya lihat kampanye di Youtube. Makin mantap pilihan saya,” tuturnya.
Agar bisa memilih, Budi turun dari kapal dan menuju KBRI di Singapura. Bahkan, ia rela bolak-balik mengantarkan temannya yang mau memilih, salah satunya Barkiki (42), pelaut asal Semarang, Jateng.
Habis
Antusiasme memilih juga diperlihatkan Monica Jane Djulaini (20). Dia juga mendorong teman-temannya untuk memberikan suara. Namun, karena baru tiba di Auckland, Selandia Baru, dan akan memulai kuliah, Monica tak terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT). Saat Pemilu Legislatif 2014, dia tak membawa formulir A5 karena tidak mendapat informasi tentang cara mengurusnya.
”Ini juga baru tahu dari teman-teman bahwa bisa kasih suara dengan bawa paspor,” kata mahasiswi Jurusan Keuangan, Massey University, tersebut.
Namun, kemarin Monica belum dapat memilih karena kehabisan surat suara. Dia harus menanti surat suara tersisa dari kota-kota lain di Selandia Baru.
Sebanyak 34 lembar surat suara cadangan yang disediakan Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Wellington, Selandia Baru, sudah habis dalam waktu hanya setengah jam sejak dropbox di depan Waroeng Legianz, Auckland, dibuka.
Petugas Sekretariat PPLN Wellington, Nisa Asniasita, mengatakan, baru kali ini surat suara cadangan habis. Dalam Pemilu Legislatif 9 April lalu, hanya enam surat suara cadangan yang dipakai. (INA/RAZ)

No comments:

Post a Comment